LGBT dan Kegagalan Sebuah Bangsa Tolong Berhenti Mengada-ada

Ketika saya membaca artikel balasan dengan judul "LGBT dan Kegagalan Sebuah Bangsa, Benarkah Klaim Ini?", saya sebenarnya masih meragukan apakah penulisnya benar-benar Fithra Faisal yang asli. Walaupun demikian, saya memiliki firasat kuat bahwa penulis artikel balasan tersebut (siapapun dia) adalah juga penulis artikel sebelumnya "LGBT dan Kegagalan Sebuah Bangsa," mengingat pola penulisannya sama. Artikel pertama berbicara soal usulan kebijakan publik tetapi secara misterius tidak menyebutkan kebijakan apa yang hendak diusulkan, sementara artikel kedua menambahkan suatu pertanyaan di judul namun sampai akhir isi artikelnya, ternyata jawabannya tidak pernah diberikan. Dari sudut pandang cocokologi, ini yang namanya cocok secara alamiah tanpa perlu dicocok-cocokkan lagi karena sama-sama memberikan harapan palsu.

Tapi oke lah, ketika hidangan sudah tersedia dengan manisnya di meja makan, selayaknya segera disantap. Guna menghormati penulisnya yang merespon dengan cukup cepat, berikut saya sampaikan tanggapan saya. Pertama-tama soal referensi makalah yang digunakan. Ketika kita menggunakan kutipan yang disingkat, akan jauh lebih baik kalau nama makalah lengkapnya disebutkan. Saya kebetulan punya akses mudah untuk mencari makalah-makalah tersebut dari database University of Chicago, tetapi tidak semua orang bisa melakukan hal yang sama. Kutipan referensi seharusnya bukan tempat berlindung dari peluru mortar di medan perang akademik, justru itu tempat kita menyampaikan kepada khalayak ramai bahwa jantung kita ada di sana dan siap sedia untuk ditembak (karena setiap referensi harus siap untuk dicek dan ricek sebagaimana sudah dijalankan dalam tradisi dunia akademik selama ratusan atau bahkan ribuan tahun). 


Kedua, saya akan melewatkan pembahasan atas semua makalah yang disebutkan oleh Fithra yang membahas tentang efek positif atas pertumbuhan ekonomi dari dukungan terhadap LGBT maupun makalah yang menyatakan bahwa efek tersebut kemungkinan tidak ada atau relatif lemah. Bagus untuk disebutkan, tetapi kurang relevan karena: (i) saya tidak sedang berusaha meyakinkan publik bahwa dukungan terhadap LGBT memang benar-benar memiliki efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dan (ii) fokus Fithra sendiri sebenarnya hanya pada satu makalah yang kemudian tampaknya dijadikan dasar utama untuk mendukung klaim ia sebelumnya bahwa terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan dukungan terhadap LGBT, yaitu makalah Niclas Berggren dan Mikail Elinder: "Is tolerance good or bad for growth?" Makalah ini dimuat di Jurnal Public Choice (2012) Vol. 150: 283-308 (versi yang tidak berbayar bisa diakses di sini).

Makalah Berggren dan Elinder ini menurut saya kualitasnya bagus. Ditulis dengan baik, memberikan kesimpulan dengan sangat hati-hati, dan datanya juga kemudian dibuka untuk dapat direplikasi dan diuji oleh peneliti lainnya. Sayang seribu sayang, Fithra telah memotong-motong bagian dari makalah tersebut dengan brutal sedemikian rupa sehingga menurut saya kesimpulannya menyesatkan. Saya kutipkan langsung apa yang ditulis Fithra di artikelnya tersebut:

"Berggren dan Elinder (2012) menggunakan pendekatan Florida (2002) dalam mengelaborasi toleransi terhadap LGBT dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Disini mereka menemukan bahwa toleransi yang berlebihan terhadap LGBT memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.  Setidaknya ada dua alasan: i) kaum yang konservatif akan merasa terganggu dengan kebijakan pemerintah yang terlalu toleran terhadap LGBT, sehingga mereka melakukan migrasi keluar dari negara tersebut.

Pun demikian dengan penduduk yang beraliran konservatif yang tinggal tingkat produktivitasnya akan berkurang karena merasa tidak terlalu nyaman dalam bekerja. Jika Florida memandang bahwa LGBT memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, Berrgren dan Elinder juga menekankan jumlah orang kreatif yang juga cukup besar berada dalam lingkup penduduk yang beraliran konservatif.  ii) Sementara itu, kebijakan toleransi tinggi terhadap LGBT juga akan mengundang kaum LGBT lintas negara untuk masuk, sementara ada sebagian (besar) dari LGBT lintas negara tersebut yang memiliki tingkat kreativitas yang tidak terlalu tinggi. Pada gilirannya, hal ini tidaklah cukup dalam meningkatkan produktivitas kaum konservatif yang turun."      

Apa yang sebenarnya ditulis oleh Berggren dan Elinder? Ini mungkin akan sedikit membosankan untuk pembaca yang tak terbiasa dengan gaya tulisan akademis (percayalah, kalau saya bisa membuat seluruh isi tulisan saya menghibur pembaca, saya akan mengusahakannya, jadi kalau anda merasa kurang terhibur, silakan anda salahkan Fithra karena dia membuat kita terpaksa harus membaca dan membahas makalah akademik di situs non-akademik di hari kerja pula), tetapi demi memastikan bahwa kita bicara dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan, saya perlu mengutip beberapa bagian dari makalah mereka (kutipan diambil langsung dari versi final yang dimuat di Jurnal Public Choice). Tentunya kalau anda ingin langsung menuju bagian yang renyah dibaca kembali, anda bisa melewatkan paragraf dalam bahasa Inggris dan langsung melihat analisis saya di bawah ini (atau setidaknya bacalah tulisan yang saya beri bold). Yang penting paragraf yang saya kutip tersebut bisa jadi referensi kalau suatu hari nanti anda memutuskan hendak alih profesi menjadi peneliti. 

Pertama, soal kesimpulan makalah Berggren dan Elinder:

"We investigate, for the time period 1998–2007, whether tolerance toward homosexuals and toward people of another race, as measured by the share of people in different countries that indicate that they do not mind having neighbors that are homosexuals or of a different race, is related to growth in real GDP per capita. We analyze this issue by looking at a sample of maximally 54 countries, following the methodology of the empirical growth literature.

Our main result is that tolerance toward homosexuals is negatively related to growth. Statistical significance is obtained throughout in a cross-sectional regression model which is varied in four different ways. When three identified outliers are removed, the result stands. And we verify the result in a panel-data analysis, which although conducted with a smaller sample indicates that fixed effects do not bias the cross-sectional estimates. As for tolerance toward people of a different race, for which we find a positive sign, the result is less robust. In the initial cross-sectional regressions, it attains statistical significance only in the most extensive model. That significance is retained when outliers are removed, but it does not appear in the panel-data analysis. In all, this makes us less certain about the relationship between tolerance toward people of a different race and economic growth...

Two caveats should be added. It is hard to establish causality, but we offer two preliminary indications of a direction from tolerance to growth and not the other way around. We regress tolerance on earlier growth, and do not find any statistically significant effect; and the panel-data analysis is more easily interpreted as causal (Finkel 1995). We should also stress that the results are applicable to the countries of our samples, and since they encompass at most 54 countries, one should be careful in generalizing the results to other parts of the world. We still think that the results are of value for clarifying the nature of the tolerance–growth relationships for the included countries.

What to make of these results? Our overall interpretation is that just as growth is affected by other social factors, such as trust, it is also affected, in the typical country in our sample, by tolerance toward homosexuals. Hence, quite unlike the results of Richard Florida and his co-authors, the cross-country evidence does not suggest that there is a general positive relationship between tolerance of homosexuals and growth: quite the opposite holds. This result should not be seen as normative: one may very well advocate tolerance toward homosexuals in spite of this finding, as there are other, and to many people more important, goals than growth. In any case, we also find some, although weaker, signs of a positive influence by tolerance toward people of a different race.

We do not consider this study to be definitive in providing an answer to the role of tolerance for economic growth. Rather we view it as a first attempt to look into the economic effects of tolerance across countries. Extending the panel-data analysis as more data become available and trying to test empirically the various mechanisms that can explain the results, separately and jointly, are items on a future research agenda, as is the further analysis of how economic and political institutions affect the prevalence of different kinds of tolerance.

Kedua, soal klaim kaum konservatif yang merasa terganggu dengan kebijakan negara dan memutuskan akan keluar dari negara yang bersangkutan atau kaum konservatif yang jadi malas bekerja karena merasa tidak nyaman, berikut kutipan aslinya:
  
"Suppose that productive people are attracted to tolerant environments. Then tolerance can increase the efficient allocation of labor and talent both between and within countries, as it entails what Florida and Gates (2001: 2) call low barriers to entry for human capital. This, then, is a mechanism through which tolerance affects growth positively. Suppose, in contrast, that the talented, productive and innovate people overall dislike the acceptance of all people and lifestyles. Conservative or intolerant groups may be important even in societies that are overall characterized as tolerant. Then a negative growth effect could ensue, if tolerance scares off or reduces the productivity and innovativeness of these people. If, say, a country or area is very tolerant toward homosexuals, then conservative people may decide to not move there, and to the extent that they would have contributed to higher growth by working hard and applying their skills and talents, their not coming represents foregone growth opportunities. Furthermore, the productivity of the intolerant in a given area or country could be affected by the general tolerance extended to certain minority groups. Racists or those with sexual prejudice can feel uncomfortable in workplaces where minorities they dislike, and their lifestyles, are welcomed. Consequently, they can self-select away from the most productive jobs available to them if those jobs are part of a setting which welcomes such minorities. Whether the growth effect of tolerance is positive or negative therefore at least partly depends on whether the productive and innovative welcome or dislike the acceptance of all people and lifestyles"

Kemudian soal ada sebagian (besar) kaum LGBT yang sebenarnya tidak memiliki kreativitas yang cukup tinggi sehingga tidak bisa mengkompensasikan penurunan produktivitas dari kaum konservatif:

"Consider first two mechanisms through which tolerance can increase growth: by attracting innovative and productive minority-group members from other countries and by affecting the allocation of labor and talent within a country. As for the latter mechanism, if employers solely care about the productivity of potential employees and do not much care about characteristics unrelated to productivity, then it is more probable that people are allocated to positions to which their talent is put to best use. This implies a link between tolerance and discrimination (in the sense of Becker 1971), such that where the former is in place, the latter is less prevalent. But consider also that there are two mechanisms through which tolerance can decrease growth: it can attract low-productive minority-group members from other countries and areas, and it can make a group toward which tolerance is extended less productive to the extent that non-innovative or unproductive choices are encouraged (or at least not discouraged) through tolerant attitudes. Whether the growth effect of tolerance is positive or negative therefore at least partly depends on how productive those toward whom tolerance is extended are and how their productivity changes with tolerance"

Fithra dengan sangat apik menyusun tulisannya sehingga seakan-akan makalah Berggren dan Elinder menyimpulkan dengan tegas bahwa toleransi yang berlebihan terhadap LGBT memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan ada 2 alasan yang menyebabkan hal tersebut terjadi, yaitu soal kaum konservatif yang lari dari negaranya dan jadi ogah-ogahan bekerja serta munculnya banyak kaum LGBT yang kurang kreatif dan produktif. Kalau saya sempat dituduh memperkosa tulisan Fithra (dengan mengkritik isi artikelnya yang menurut saya memang sangat bermasalah secara teknis), saya tidak tahu istilah apa yang tepat untuk digunakan atas upaya Fithra merekonstruksi isi makalah Berggren dan Elinder. Perkosaan mungkin masih terlalu manis sebagai pilihan kata. Saya serahkan istilahnya kepada ahli sejarah dan sastra di luar sana. 

Kenyataannya, Berggren dan Elinder dengan tegas menyatakan bahwa mereka hanya menemukan adanya korelasi, bahwa sulit untuk menunjukkan adanya kausalitas, bahwa hasil mereka hanya mencakup 54 negara (54 negara!) dan itu masih belum cukup untuk menggeneralisasikannya ke seluruh dunia, dan bahwa hasil penelitian mereka belum bersifat definitif dan seharusnya digunakan sekedar untuk membuka penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam terkait efek toleransi atas pertumbuhan ekonomi. Dengan data segudang, serta beragam teori dan analisis yang ciamik, mereka hanya cukup berani untuk menyatakan bahwa ada korelasi antara pertumbuhan ekonomi yang negatif dan toleransi atas LGBT. Itu pun mereka masih menekankan bahwa temuan mereka tidak perlu dilihat berkekuatan normatif (alias hendak dipakai untuk kebijakan publik), karena ada banyak tujuan lain dalam hidup bermasyarakat selain pertumbuhan ekonomi (yang mana saya asumsikan sebagai pengetahuan dasar bagi para ekonom, bahkan sekalipun mereka adalah komplotan ekonom konservatif yang bercokol di University of Chicago).

Tapi Fithra nampaknya jauh lebih perkasa dibandingkan dua peneliti ini yang hanya berasal dari negara Swedia. Apalah mereka itu, hanya orang-orang yang kebanyakan makan Salmon dan tinggal di sebuah negara beku di ujung dunia nun jauh disana. Mereka terlalu pengecut. Bermodalkan penelitian yang menurut Fithra sendiri variabelnya masih dalam proses, modelnya masih memiliki sample selection bias, dan masih ada faktor yang belum dikontrol, Fithra dengan gagah berani memberikan angka yang pasti soal kausalitas negatif antara kebijakan pemerintah pro LGBT (yang tidak jelas kebijakannya apa) dan dukungan pemuka agama atas LGBT terhadap pertumbuhan ekonomi. Berhubung seorang jagoan tidak pernah tanggung-tanggung, Fithra sekaligus membubuhi efek normatif dalam kesimpulannya bahwa hal ini layak diusung untuk menjadi kebijakan publik oleh pemerintah. Mengapa tidak, usulan kebijakannya (apapun itu karena tak pernah dirinci) sudah dipertimbangkan dengan jernih dan rasional. Menurut siapa? Menurut ngana?

Kalau meneliti dan menciptakan kesimpulan sungguh memang semudah ini, saya sempat terpikir untuk menghentikan studi di UChicago Law School dan pindah ke FEUI untuk menjadi mahasiswa bimbingan Fithra supaya saya bisa cepat merampungkan disertasi saya. Sejujurnya saya lelah menghadapi pembimbing saya yang entah manusia atau siluman karena rasanya saya tak pernah bisa mengejar pandainya dia (maaf jadi curhat colongan).   

Saya belum selesai, kita kembali sesaat ke 2 alasan yang sempat dikemukakan Fithra seakan-akan sebagai penyebab kausalitas negatif toleransi LGBT dan pertumbuhan ekonomi. Berggren dan Elinder menempatkan dua alasan itu di sub-bab Theoretical Preliminaries. Maksudnya apa? Maksudnya ini barulah diskusi teori-teori soal kira-kira apa hubungan antara toleransi dengan pertumbuhan ekonomi. Di paragraf yang saya kutip, mereka sebenarnya menuliskan dengan rinci kemungkinan-kemungkinan hipotetis yang bisa terjadi. Ketika mereka menyampaikan soal kemungkinan kaum konservatif produktif yang terganggu dengan keberadaan kaum LGBT, mereka menyampaikan sebelumnya bahwa ada kemungkinan kaum produktif justru lebih terpikat dengan masyarakat yang toleran. Begitu pula dengan kasus kaum LGBT yang kurang kreatif, ini hanyalah salah satu kemungkinan dimana kemungkinan lainnya adalah bahwa kaum minoritas yang terpikat untuk datang ke negara-negara toleran adalah kaum kreatif dan produktif.

Ini mengapa sub-bab tersebut ditempatkan oleh Berggren dan Elinder sebelum analisis empiris dan bukan sebaliknya. Mereka sedang membicarakan kemungkinan-kemungkinan bukan menyimpulkan bahwa dua hal itu adalah alasan yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi negatif seandainya ternyata datanya menunjukkan bahwa toleransi menurunkan pertumbuhan ekonomi. Masalahnya, mereka sendiri sedari awal tidak pernah berani mengklaim bahwa ada hubungan kausalitas. Jadi? Silahkan anda simpulkan sendiri.

Saya juga hendak memastikan apakah Fithra sudah melakukan pengecekan lebih lanjut mengenai apakah makalah Berggren dan Elinder telah ditanggapi oleh akademisi lainnya? Mengingat Fithra seorang jagoan, saya asumsikan dia sudah memeriksanya namun mungkin terlupa tidak dimuat di artikelnya itu. Mungkin dia sangat sibuk sebagai akademisi sementara saya ini hanya seorang lawyer yang cukup bekerja minimum 8 jam sehari mengejar billable hours dan bisa dengan mudah menulis artikel ini malam-malam sebelum pulang ke rumah terlepas sebenarnya besok pagi-pagi ada meeting. Cuma begitu saja kok ngaku-ngaku sibuk. Pembimbing saya saja cuma bisa saya temui fisiknya 3 bulan sekali (kembali curhat colongan).

Rupa-rupanya makalah Berggren dan Elinder sudah dikomentari dan dibantah isinya oleh Eduard. J Bomhoff dan Grace Hooi Yean Lee, "Tolerance and economic growth revisited: a note" yang dimuat di jurnal yang sama, Jurnal Public Choice Vol. 153:487-494 (versi non berbayar bisa diakses di 
sini). Berikut saya kembali sedikit ke bagian yang membosankan dengan mengutip beberapa bagian dari makalah itu (diambil dari versi final di Jurnal Public Choice).

"BE are correct in pointing out that very tolerant countries grow more slowly on average than less tolerant countries. The first column of Table 1 shows the simplest possible regression using their dataset and their measure of tolerance. Results for the full WVS wave 5 dataset and with the alternative variable for tolerance (not shown here) are broadly similar. There is a simple explanation: tolerance for homosexuals increases as people urbanize and work in service industries (Å tulhofer and Rimac 2009). Thus, the rich countries tend to be more tolerant. But because Switzerland is already so rich, it can no longer get the boost to economic growth from “catching up” that is available to poorer countries."

"One could, for example, also correlate growth with the well-known indicator developed by Barro and Lee (2010) for the average number of years of schooling of females. Perhaps no other single variable is so strongly predictive of economic development than is female education. The same type of regression as before—not shown here—just correlating growth with the number of years of schooling for all females, does deliver an even stronger negative coefficient. There is no need, however, to rush to a wrong deduction and claim—copying the language in BE when they comment on the correlation between tolerance for homosexuals and growth—that education of girls is desirable “in spite of this finding”. The correlation simply summarizes in one number the fact that poor countries have fewer girls with a full education and that these countries also have the potential for catching up and thus grow faster on average. It is therefore important to account better for conditional convergence, since otherwise the researcher will conclude wrongly from the negative association between growth (higher on average in poor countries) and the indicator variable—tolerance (lower on average in these poor countries)."

"In this comment, we revisit BE’s study, which finds a negative relationship between the degree of tolerance of alternative sexual lifestyles and economic growth over the 1998–2007 period. Our results, however, explain growth better with more attention to initial conditions. We conclude that the concern in BE is unwarranted. Tolerance on average increases as countries get richer. Overall, our results do not provide any evidence that tolerance towards homosexuals would have any effect on economic growth. This implies that the role of tolerance is so minor that we cannot find an effect. Our findings clearly cast some doubt on the results of BE. City leaders and economic developers who implement policies aiming at improving tolerance of homosexuals, for reasons other than growth, should have little to worry about its growth-retarding effects.

Paragraf pertama membahas soal penjelasan lain terkait temuan Berggren dan Elinder. Negara maju umumnya memang lebih toleran, sementara sebagai negara maju potensi penurunan pertumbuhan ekonominya juga lebih tinggi (ini terkait diskusi di artikel saya sebelumnya soal diminishing marginal rate of return). Paragraf kedua mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati dalam mengambil kesimpulan terkait data hasil temuan kita. Ketika mereka melihat ada korelasi antara data tingkat pendidikan anak wanita dengan penurunan pertumbuhan ekonomi, tidak serta merta berarti bahwa kemudian bertambahnya jumlah pendidikan anak wanita menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun, ini dikarenakan kebanyakan negara dengan jumlah tingkat pendidikan wanita yang rendah adalah negara miskin dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi (kembali lagi merujuk ke konsep diminishing marginal rate of return). Adapun paragraf terakhir yang saya kutip memuat kesimpulan makalah tersebut bahwa temuan Berggren dan Elinder sebenarnya tidak signifikan dan efek dukungan pro-LGBT terhadap pertumbuhan ekonomi sangat kecil atau bahkan tidak ada.

Saudara-saudara, kenyataannya memang bahasa penelitian itu kering, membosankan, terlalu berhati-hati, penuh kualifikasi, dan tidak bombastis. Saya jamin kalau disertasi saya juga membosankan, saya sendiri saja sudah bosan membacanya (curhat untuk ketiga kalinya, sebentar lagi saya akan dapat piring cantik). Tidak bisa tidak, karya akademik bermutu menuntut pertanggungjawaban ilmiah yang tinggi, dan pertanggungjawaban ilmiah terkait sekali dengan reputasi. Fakta adanya makalah yang menyatakan bahwa temuan Berggren dan Elinder ternyata tidak relevan dan kemungkinan besar salah tidak serta merta menyebabkan Berggren dan Elinder menjadi pecundang. Mereka sudah menyiapkan data dengan hati-hati dan memberikan kualifikasi yang diperlukan. Tidak mungkin orang selalu benar. Saya juga perlu menambahkan kualifikasi, paper yang menyatakan Berggren dan Elinder bermasalah juga bisa jadi bermasalah! Intinya, cek dan ricek.

Dan ini semua membuat saya kembali bertanya-tanya kepada Fithra. Apa yang hendak diraihnya dengan mempublikasikan klaim dahsyatnya itu sementara penelitiannya saja bahkan belum selesai? Saya tidak butuh pendekatan semiotika atau apapun lah itu untuk menganalisis kalimat seperti ini dari Fithra: "Variabel saya apa saja? Masih dalam proses tapi sedikit banyak bisa dilihat dalam Berggren dan Elinder (2012). Ke depan, jika versi artikel ilmiahnya sudah terbit saya akan berikan ke anda." Kesimpulannya gampang: penelitian belum usai, makalah yang dijadikan rujukan awal sudah dibantah 4 tahun yang lalu, penelitian jelas masih belum dalam bentuk karya ilmiah, tetapi klaimnya sudah diumumkan duluan dan langsung disebar ke publik sebagai kebenaran. Top markotop. Kalau analisis semiotikanya bisa menghasilkan bentuk kesimpulan yang lain, tolong, tolong saya diajari bagaimana caranya, mungkin nantinya saya punya masa depan yang lebih baik sebagai sastrawan dibanding menjadi pengacara.  

Baiknya kita sudahi pembahasan ilmiah kita yang dimulai oleh Fithra di artikelnya, sekarang kita masuk ke bagian yang lebih empuk, tanggapan Fithra kepada saya. Kita kutip satu-satu lagi supaya saya tak dituduh mengada-ada dengan analisis saya. 

"
Adopsi dan pengurusan anak dalam jangka pendek mungkin saja bisa mengkompensasi faktor keturunan, tetapi tidak ada konsep pertambahan populasi disana. Bagaimana dengan donor sperma dan donor telur? Saya belum meneliti lebih lanjut, terimakasih atas masukannya. Kloning? Sampai sekarang saya hanya bisa membayangkan, sama seperti Pram."

Pernyataan ini 100% benar. Adopsi dan pengurusan anak memang tidak menyebabkan konsep pertumbuhan populasi. Fithra juga mengakui belum melihat isu soal donor sperma dan donor telur, yang sebenarnya bisa jadi cukup signifikan untuk mempengaruhi penelitiannya yang belum selesai itu. Dan soal kloning, oke lah, itu kita kesampingkan dahulu.   

Selanjutnya soal Biaya Kesempatan:

"
Dengan pernyataan ini, anda terbukti banyak membaca Pram. Konsep ini juga yang saya kenal dari semenjak kuliah di Universitas Indonesia berbekal karya fenomenal Gary Becker. Terus terang faktor itu belum saya control. Terimakasih untuk sarannya."

Saya berterima kasih sekali atas pujiannya. Memang benar bahwa saya banyak membaca, baik hati, pintar, ramah, dan tidak sombong (4 sifat terakhir itu klaim pribadi saya saja sebenarnya, klaim itu bebas, cause I'm Batman). Tetapi pernyataan itu juga membuat saya akhirnya bisa memahami mengapa Fithra bisa membuat kesimpulannya yang luar biasa soal hubungan kebijakan pro LGBT dan pertumbuhan ekonomi negatif secara fakta saya menyebutkan soal Opportunity Costs dijadikan bukti bahwa saya banyak membaca. Tentu saya tersanjung, tetapi secara statistik, fakta tersebut tidak serta merta berarti bahwa saya banyak membaca, bisa jadi itu satu-satunya bahan yang pernah saya baca. Lain halnya kalau Fithra menyatakan: "membaca artikel Pram, terbukti Pram banyak membaca". Yang ini klaim yang bisa lebih mudah untuk dibuktikan. Lebih penting lagi, kembali Fithra mengakui bahwa dia belum mengontrol variabel biaya kesempatan dari pasangan heteroseksual yang tidak ingin memiliki anak. Masih perlu analisis semiotika soal kelengkapan data dan variabel Fithra? 

Selanjutnya setelah saya panjang lebar menanyakan mengapa Fithra menjadikan variabel dukungan figur publik sebagai variabel yang relevan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, Fithra hanya memberikan jawaban singkat sebagai berikut: "
Jawaban saya singkat, coba lihat EU LGBT survey." Yah, benar-benar singkat. Sebenarnya saya hendak mempermasalahkan jawaban ini karena dia tidak memberitahukan apa yang mesti saya lihat di dalamnya, tapi baiklah, mungkin Fithra sangat sibuk. Setelah saya membaca laporan itu, saya bisa memahami mengapa laporan tersebut memuat variabel dukungan figur publik. Berikut kutipannya:

"The results show a relationship between respondents’ perceptions about the level of offensive language about LGBT people by politicians and whether or not respondents had felt personally discriminated against or harassed on grounds of sexual orientation: in 14 out of the 17 countries in which fewer than half of the respondents said that they had been discriminated against or harassed on the grounds of sexual orientation in the year before the survey, the majority of respondents said that offensive language about LGBT people by politicians was rare.

Variabel itu diperlukan untuk melihat apakah ada hubungan antara pernyataan ofensif dari politisi terhadap kemungkinan diskriminasi terhadap kaum LGBT. Kalau demikian adanya, tentu saja variabel ini menjadi penting dan cukup masuk akal untuk diperhitungkan dengan asumsi pernyataan politisi di publik dapat mempengaruhi persepsi publik dalam memperlakukan kaum LGBT. Masalahnya, saya tidak menemukan jawaban tentang mengapa dukungan figur publik perlu dicek oleh Fithra untuk dihubungkan dengan pertumbuhan ekonomi? Hubungannya apa? Dan pertanyaan awal saya juga tak terjawab, sejak kapan ada hubungan kausalitas yang mendalam antara gerakan publik di media dan pertumbuhan ekonomi? Saya tidak bisa membayangkan berapa banyak variabel yang harus dipakai dan dites ulang untuk menghilangkan kemungkinan biasnya.

Saya juga masih bertanya-tanya ide normatif apa yang hendak diusung oleh Fithra ketika dia menyatakan bahwa dukungan figur publik kepada LGBT tidak memberikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Sebetulnya saya tak heran dengan temuan itu. Fungsi dukungan publik untuk LGBT memang bukan untuk mencari pertumbuhan ekonomi, fungsinya untuk mengurangi diskriminasi terhadap sesama manusia. Kalau ternyata bahkan masih ada manfaatnya untuk pertumbuhan ekonomi, itu namanya bonus. Alih-alih suatu hal yang buruk, Fithra justru mengkonfirmasikan sendiri mengapa dukungan publik terhadap LGBT perlu, karena ada efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi, walaupun mungkin jumlahnya kecil.

Klaim Fithra bahwa hal ini merupakan sesuatu yang buruk baru masuk akal kalau Fithra bisa menunjukkan bahwa ada aktivitas lainnya dari figur publik yang bisa memberikan dukungan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi. Pertanyaannya, apa aktivitas publik yang diusulkan oleh Fithra? Tidak jelas. Atau mungkin sebenarnya sudah ditulis di makalah ilmiahnya yang sedang dibuat dalam pikirannya, tetapi kebetulan lupa dimuat. Bisa jadi, bisa jadi.  

Komentar terakhir yang spesifik dari Fithra adalah sebagai berikut:

"
Beda antara korelasi dan regresi Pram. Korelasi menunjukkan arah, sementara regresi menunjukkan hubungan fungsional antar variabel. Tapi berikutnya saya akan memperhatikan wording sebagaimana saran anda. Variabel saya apa saja? Masih dalam proses tapi sedikit banyak bisa dilihat dalam Berggren dan Elinder (2012). Kedepan, jika versi artikel ilmiahnya sudah terbit saya akan berikan ke anda."

Alhamdulillah, saya masih tahu bedanya korelasi dan analisis regresi. Yang saya tanyakan dari awal bukan bedanya mereka itu apa, yang saya tanyakan itu adalah mengapa Fithra menggunakan kata penghubung "maka" dalam kalimat ini: "
Namun jika melihat faktor pemerintah, setiap 1 persen kenaikan kecenderungan pro LGBT, maka terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.1 persen"? Kita tidak perlu bersembunyi dalam bahasa logika yang membedakan antara penggunaan kata if dengan iff (alias if and only if). Kita gunakan analisis bahasa Indonesia sederhana saja: jika X, maka Y. Tanpa kualifikasi dan penjelasan tambahan apapun, mudah bagi setiap orang yang pernah lulus SD untuk menyimpulkan bahwa hubungan kata jika dan maka adalah hubungan sebab akibat. Ditambah lagi kalimat ini diperkuat dengan pernyataan lanjutan: "Di sini, dapat dilihat bahwa peran pemerintah selaku pembuat kebijakan adalah cukup krusial, baik itu bersifat pro maupun kontra terhadap LGBT. Dari sini pula, kita dapat melihat bahwa kebijakan pemerintah yang memiliki kecenderungan pro terhadap LGBT dapat meng-constraint pertumbuhan ekonomi." Kalau asumsinya benar bahwa tak ada hubungan kausal, untuk apa melanjutkan dengan kalimat peranan krusial pemerintah? Tanpa ada kausalitas, sulit berargumen bahwa pemerintah punya peranan krusial, secara sebenarnya kebijakan pemerintah tidak relevan. Jadi?

Ini bukan jenis kesalahan menulis yang bisa mudah dikoreksi dengan pernyataan bahwa Fithra akan memperbaiki kalimatnya di masa depan. Anda telah menyampaikan usulan kebijakan publik yang berpotensi mendiskriminasi sebagian orang dengan kalimat yang lugas dan mudah dimengerti sementara anda sendiri mengakui variabelnya belum selesai diproses. Saya kagum bagaimana caranya orang bisa selugas itu mengakui di muka umum bahwa pekerjaannya belum selesai tetapi sebelumnya tak kalah lugas juga untuk mengklaim di muka umum yang sama bahwa temuannya benar dan bisa dijadikan pijakan kebijakan publik yang rasional dan jernih.   

Terakhir, Fithra mengklaim sebagai berikut: "
Ada beberapa bagian lain dari artikel Pram yang mungkin tidak perlu saya tanggapi disini karena sifatnya sangat minor, mudah-mudahan balasan artikel ini dapat menjawab pertanyaan dari anda sebelumnya." Sangat minor? I find this response to be highly invigorating, intellectually stimulating, and exceedingly rigorous, just by virtue of reading it, I think I am now entitled to receive my PhD degree, a.k.a, Permanent Head Damage! SERIOUSLY, this is your best response?  How about if you just shoot me in the head twice, burn my body and throw it to the sea? Because my dear friend, that's how you torture other people. God, and they call me brutal, this response is beyond brutal, it should earn a place among the list of UN's major human rights violations. Please pardon the use of English, my dear readers, it brings a lot of memories when I still write all of my articles in English. 

Dengan sedemikian banyaknya pertanyaan atas klaim-klaim yang telah dibuat oleh Fithra dalam tulisan sebelumnya: (i) soal kausalitas antara posisi pemuka agama dengan pertumbuhan ekonomi, (ii) kausalitas pemuka agama dengan ketaatan masyarakat, (iii) kausalitas ketaatan masyarakat dengan pertumbuhan penduduk, (iv) kausalitas pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi di Eropa, Cina, dan Indonesia, dan (v) bentuk kebijakan kontra LGBT yang hendak diusulkan, jawaban terbaik dari Fithra Faisal PhD adalah bahwa isu ini isu yang sangat minor? Dan saya diminta untuk percaya bahwa yang menyusun respon ini adalah Fithra Faisal yang asli? Saya bahkan saat ini bisa menyusun teori konspirasi bahwa satu-satunya alasan yang layak bagi Fithra Faisal untuk menyusun 2 artikel yang sangat mengguncang iman ini adalah karena dia kangen saya menulis lagi. 

Atau katakanlah bahwa semua unsur kausalitas itu tak penting menurut Fithra, paling tidak tolonglah jelaskan kebijakan kontra LGBT yang hendak anda usung itu apa? Masa 2 artikel sudah lewat dan itu tak dijawab juga? Para dukun dan peramal saja paling tidak masih berminat memberikan kisi-kisi dari prediksi mereka soal masa depan dan tindakan apa yang harus dilakukan pelanggannya. Bayangkan kalau saya bertanya kepada mereka seperti ini: "apa yang anda lihat dari masa depan saya?" dan kemudian dijawab oleh mereka: "saya melihattttt: MASA DEPAN!!!!" Ya, saya cukup yakin anda bisa menebak perasaan saya. 

Sebagai penutup, saya ingin menanggapi 1 komentar yang sempat saya baca terkait artikel pertama saya dan menurut saya cukup penting untuk dibahas secara khusus (sisanya sudah saya masukkan sekalian di tulisan saya di atas), yaitu mengapa saya harus sebegitunya menanggapi artikel Fithra, apalagi Selasar bukan media ilmiah dan tidak menuntut persyaratan akademik yang luar biasa. Sebenarnya jawaban atas pertanyaan tersebut sekilas sudah dibahas di pembukaan artikel saya yang terdahulu, karena yang menulisnya mengaku sebagai Fithra Faisal dan ia membubuhi tulisan itu dengan gelar dan posisi akademiknya. PhD, Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat FEUI. 

Saya sudah katakan dari awal, kalau yang menulis artikel kemarin saya kategorikan dalam daftar tukang obat atau analis abal-abal, artikel itu pasti sudah saya hiraukan dan saya akan terus menikmati makan siang saya yang nikmat. Masalahnya yang menulis bukan orang sembarangan. Some people actually take his opinion seriously. Saya tidak heran, posisi dan gelar akademiknya cukup mentereng. Tetapi posisi dan gelar akademik yang mentereng bukan berarti anda kemudian bebas berbicara tanpa pertanggungjawaban. Ini dunia akademik, hanya karena anda punya gelar, lantas ketika anda menulis ABC, saya bisa tiba-tiba diminta otomatis percaya bahwa ABC dari anda sudah dibuat dengan benar, hati-hati, dan rasional? Kalau begitu caranya, dunia akademik sudah runtuh dari jaman baheula.

Apalagi ketika pernyataan itu dibalut dalam bentuk yang seakan-akan "ilmiah" dan ditawarkan sebagai usulan kebijakan publik yang patut diambil oleh Pemerintah. Tunggu dulu, pernahkah terpikir bahwa usulan anda dapat mempengaruhi atau bahkan mengacaukan hidup orang lain? Pernahkah terpikir bahwa ketika anda akan mengacaukan hidup orang lain, anda sudah memikirkan apakah anda memiliki justifikasi yang cukup untuk itu? Saya penganut garis keras teori welfare maximization, for the benefit of the many, sometimes some people must be sacrificed. Itulah dunia nyata, tetapi saya juga tahu bahwa konsekuensinya aturan itu suatu hari juga bisa merugikan saya. Makanya dibutuhkan sistem check and balance, dan harus ada justifikasi, harus ada pemikiran mengenai kompensasi, bahwa ketika orang lain dirugikan, sekurang-kurangnya kerugiannya bisa diminimalisasi, lebih bagus lagi kalau bisa mencapai 
Pareto Optimum.

Ini kan konsep sederhana yang seharusnya diketahui oleh semua orang yang pernah kuliah mikroekonomi. Saya kecewa dengan artikel pertama Fithra yang menurut saya tidak dibuat dengan bertanggung jawab, tetapi saya lebih kecewa lagi ketika saya melihat tanggapannya yang kini jelas mengkonfirmasikan dengan tegas tanpa perlu analisis semiotika ala ala bahwa dia memang belum melakukan pekerjaan rumahnya dengan benar. Saya tidak perlu jauh-jauh mengutip tradisi akademik di University of Chicago, saya akan mengingat kembali momen-momen 12 tahun yang lalu ketika saya sedang mengerjakan makalah saya untuk kompetisi Mahasiswa Berprestasi Utama FHUI dan menyampaikan hasil riset saya ke profesor pembimbing saya.

Waktu itu saya merasa sudah bekerja keras, riset berhari-hari di perpustakaan, dan waktunya tinggal seminggu lagi sementara makalah belum bisa dibuat karena pembimbing saya masih tak setuju dengan ide dasarnya. Saya kemudian berdebat dengan dia, disaksikan pula oleh murid dan profesor lain. Setelah sekian lama saya berhasil menjawab, ada satu pertanyaan yang saya tak mampu menjawab dengan lugas, pembimbing saya itu kemudian menyatakan makalah saya belum siap dan saya harus riset ulang.

Bayangkan rasa frustrasi saya, saya sudah capek menulis dan riset dan orang ini cuma nanya-nanya saja. Saya bilang, "prof, ini waktunya tinggal seminggu lagi, kapan saya akan bikin paper-nya?" Tanggapan dia dengan suara menggelegar, "Saya ini Guru Besar, tanda tangan saya tidak bisa sembarangan, kalau kamu tidak bisa menyelesaikan makalah kamu, itu masalah kamu atau masalah saya?!!!" Saya kesal dan malu, tapi pernyataan pembimbing saya 100% benar, itu masalah saya bukan masalah dia. Untungnya saya tak menyerah hari itu (dan kemudian hampir tak tidur selama beberapa hari kemudian) dan akhirnya menang di FHUI. Tapi pengalaman saya itu tak akan pernah saya lupakan, your words, unfortunately, are your liability.

Sarkasme saya khusus dibuat untuk hiburan saya dan pembaca, tetapi saya serius mempertanyakan kualitas artikel yang telah dibuat oleh Fithra. Kalau anda tak mau menyampaikan motif di belakangnya, itu terserah anda, tapi kalau saya jadi anda, saya lebih baik akan membuang jauh-jauh ide meneruskan makalah LGBT itu. Tak penting. Anda bisa jadi suatu hari nanti menang Nobel Ekonomi dan masih ada banyak hal yang bisa diteliti untuk kemajuan ekonomi Indonesia, untuk apa membuang-buang waktu meneliti hal yang efeknya tak jelas dan kemungkinan besar tak seberapa? Kecuali CBA dan prioritas anda memang bukan untuk menjadi ekonom kelas dunia. If that's the case, I rest my case. Good luck.        

PS: Let me put my professional consultant hat and give you a free advice. Just stay low for a couple of weeks, or even days. Indonesian people often forget easily (no statistical data to support though, it's just a hunch). Feel free to ignore, after all, this is just a free advice. Caveat: this advice is not a legal advice and does not create any attorney-client relationship in whatsoever way, and by reading this caveat, you acknowledge that you fully understand it and agree with its provisions. 

Comments

KABAR BAIK!!!

Nama saya Budiwati Permata, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan para pencari pinjaman agar berhati-hati, karena ada penipuan dimana-mana, mereka akan mengirimkan dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan berjanji ini dan itu, para penganggur, saya sarankan Anda semua harus berhati-hatilah

Beberapa bulan yang lalu, saya mengalami kesulitan keuangan dan sangat membutuhkan pinjaman untuk mendapatkan kembali bisnis saya, saya dibodohi oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya Dian Pelangi yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Christabel's Missan, seorang ibu yang baik, yang meminjamkan saya pinjaman 800 juta tanpa jaminan dalam waktu kurang dari 20 jam tanpa tekanan atau tekanan dan hanya 2% bunga

Saya terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya gunakan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

Karena saya berjanji akan membagikan kabar baik agar masyarakat bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres. Jadi jika Anda membutuhkan pinjaman, silakan hubungi ibu yang baik melalui email: christabelloancompany@gmail.com

dan oleh kasih karunia Tuhan dia tidak akan membiarkan Anda mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: permatabudiwati@gmail.com
dan teman saya Dian Pelangi yang mengenalkan saya dan bercerita tentang Ms. Christabel, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ms. Christabel, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email: (lianmeylady@gmail.com) sekarang,

Yang akan saya lakukan adalah mencoba memenuhi pembayaran pinjaman bulanan saya yang saya kirim langsung ke rekening ibu Christabel. Anda masih dapat menghubungi ibu yang baik, Nomor What'sApp +15614916019 Atau +13108626660

mohon bijak dan semoga Allah membimbing kita semua

Nama saya Budiwati Permata
Pinjaman saya 800 juta
perusahaan investasi pinjaman christael Missan
Instagram: Christabel Missan
email: Christabelloancompany@gmail.com
Nomor Whatsapp +15614916019 Atau +13108626660
Dan akhirnya pencarian pinjaman saya tercapai setelah urus niaga yang sangat berjaya dengan [DUBAI FINANCIAL SERVICE AUTHORITY] Saya menyatakan ini kerana beberapa hari yang lalu saya memohon pinjaman berjumlah [RM 4.7juta] untuk memperbesar perniagaan lembu saya di [Kelantan] pengembangan telah membawa mengenai kejayaan kewangan bagi saya keluarga saya dan juga pekerja saya, jadi saya merasakan kesaksian ini harus menjadi titik permulaan bagi sesiapa yang mahukan pinjaman yang sangat tulen untuk menyelesaikan sebarang keperluan kewangan dan juga beberapa jam yang lalu saya dengan senang hati memberitahu anda semua bahawa rakan saya yang bernama [Zikri] juga mendapat pinjaman berjumlah [RM 420k] semuanya terima kasih kepada [DUBAI FINANCIAL SERVICE AUTHORITY] setiap kali anda menghubungi mereka untuk pinjaman kemenangan selalu menjadi milik anda kerana mereka jujur ​​mereka boleh dipercayai dan yang paling penting jangan menipu pelanggan mereka sebagai urus niaga selalu dilakukan mengikut garis panduan Muslim yang tidak merangkumi menipu anda mempunyai kelebihan yang sangat besar untuk mengatasi cabaran kewangan anda dan juga anda boleh melabur dalam kesungguhan tetapi anda mesti menunjukkan bukti bahawa anda dapat membayar ansuran bulanan anda pada bila-bila masa mereka [DUBAI FINANCIAL SERVICE AUTHORITY] telah datang untuk menjadikan Malaysia kewangan yang hebat dan sebaliknya, sila cepat sekarang dan hubungi mereka untuk mendapatkan pinjaman anda dengan segera .. kadar faedahnya sangat rendah dan selalu dikira pada kadar @ 1% jumlah terendah yang dapat diberikan serendah [RM 30k] sementara maksimum selalu dalam [RM 1Billion] asalkan anda mempunyai bukti bahawa anda boleh membayar ia kembali secara ansuran pada bila masa
Berikut adalah maklumat hubungan

Company:[DUBAI FINANCIAL SERVICE AUTHORITY]
e_mail::::[financialserviceauthority400@gmail.com]
Blogspots:::[https://dubaifinancialserviceauthority.blogspot.com/]
Websites:::[https://dubaifinancialserviceauthority.websites.co.in/]
Nama ::::: [Merissa Ahmed]
Negara :::::: [Malaysia]
Alamat ::::: [Jalan-Bukit Bintang Plaza, Jalan Bukit Bintang]
Bandar :::::::::::: [Kuala Lumpur]
Amaun Pinjaman :::: [RM 450k. [berjaya]
Nombor WhatsApp :::: [+ 601125693785]
e_mail :::: [merissaahmed11@gmail.com]


Nama saya Merissa, seorang ibu kepada dua anak saya dari Malaysia dan saya telah berada di Malaysia selama bertahun-tahun dan sehingga saat ini kesaksian ini saya masih berada di Malaysia. Salah satu masalah utama yang pernah saya hadapi dengan perniagaan saya ialah masalah kewangan dan pembiayaan semula dan ini menyebabkan saya mencari pinjaman dan akibatnya saya menjadi mangsa 2 pemberi pinjaman fiktif dan ini sebenarnya membuat saya trauma sampai tahap tertentu tetapi saya tidak pernah putus asa sehingga saya melalui blog dan juga media lain saya mempunyai peluang untuk menemui [DUBAI FINANCIAL SERVICE AUTHORITY] pada awalnya saya berasa takut dan sangat skeptikal mengenainya, tetapi saya harus mengambil risiko satu kali yang akhirnya membawa kepada kebebasan kewangan saya. Saya benar-benar memohon pinjaman sebanyak RM 450K dalam masa 24 jam proses pembayaran berjaya dilakukan. Keseluruhan proses ini boleh dipercayai dengan jujur ​​dan boleh dipercayai, jadi jangan takut dengan pinjaman dalam talian hubungi [DUBAI FINANCIAL SERVICE AUTHORITY] untuk mendapatkan pinjaman yang boleh dipercayai @ kadar faedah yang sangat rendah Anda boleh menghubungi mereka melalui alamat e-mel di bawah ::
financialserviceauthority400@gmail.com
Atau jika anda ingin membuat lebih banyak pertanyaan, anda juga boleh menghubungi saya melalui e-mel ini: merissaahmed11@gmail.com

Nama ::::: [Merissa Ahmed]
Negara :::::: [Malaysia]
Alamat ::::: [Jalan-Bukit Bintang Plaza, Jalan Bukit Bintang]
Bandar :::::::::::: [Kuala Lumpur]
Amaun Pinjaman :::: [RM 450k. [berjaya]
Nombor WhatsApp :::: [+ 601125693785]
HALO

Mendapatkan pinjaman menjadi lebih mudah hanya jika Anda mengajukan pinjaman dengan ONE BILLION RISING FUND

 Mereka 100% dapat diandalkan dan dapat dipercaya dan saya adalah saksi hidup dari kemurahan hati organisasi keuangan yang hebat ini.
Anda yang sedang mencari bantuan keuangan dan Anda merasa kesulitan untuk mendapatkan pinjaman karena terlalu banyak pemberi pinjaman palsu online menunggu siapa yang akan menjadi korban niat jahat mereka, tetapi saya memberi tahu Anda hari ini untuk tidak khawatir lagi

Jadilah cerdas dan ajukan pinjaman dengan ONE BILLION RISING FUND karena mereka dapat membantu Anda mencapai potensi dalam hidup Anda setelah Anda memenuhi syarat dan ketentuan pinjaman mereka.

CATATAN
ONE BILLION RISING FUND hanya akan memberi Anda pinjaman jika tujuan peminjaman adalah sebagai berikut

1) TINGKATKAN ARUS KAS BISNIS ANDA
2) PERALATAN PEMBELIAN
3) MEMBAYAR UNTUK PERLUASAN PROYEK
4) INVENTARISASI PEMBELIAN
5) GUNAKAN PEMBAYARAN

Jika niat Anda untuk meminjam uang bukan dari alasan yang tercantum di atas, maka ONE BILLION RISING FUND dapat menolak permintaan pengajuan pinjaman Anda.

ONE BILLION RISING FUND mungkin tidak memberi Anda pinjaman untuk hal-hal berikut ini

1) Pinjaman Mobil
2) Pinjaman Rumah
3) Biaya Pernikahan
4) Pinjaman Pemodelan Rumah
5) Pinjaman Uang Sekolah
6) Pinjaman Darurat
7) Pinjaman Pembelian Alat
8) Biaya Makan
9) Beban Tunas Kendaraan
10) Konsolidasi Hutang


Hubungi ONE BILLION RISING FUND dan dapatkan pinjaman untuk meningkatkan pendapatan tunangan Anda dan jadilah saksi seperti saya.

Hal termanis dalam arsip adalah ketika Anda memiliki bantuan tunangan yang dapat diandalkan untuk membantu Anda meningkatkan standar hidup dan bisnis Anda.

Hubungi organisasi keuangan besar ini dan jadikan hidup Anda diatur oleh syarat dan ketentuan pinjaman mereka


NAMA PERUSAHAAN: ONE BILLION RISING FUND
GMAIL PERUSAHAAN: onebillionrisingfund@gmail.com
lokasi: San Francisco. California. BARAT AMERIKA SERIKAT
NOMOR TEL: +1 267 526 5352
NOMOR WHATSAPP: +1 267 526 5352
Ahmed Neni said…
NAMA PERUSAHAAN: ONE BILLION RISING FUND
GMAIL PERUSAHAAN: onebillionrisingfund@gmail.com
NOMOR TEL: +1 267 526 5352
NOMOR WHATSAPP: +1 267 526 5352  
                      
Selamat siang
Namaku Nyonya Ahmed Neni dan saya berbicara sebagai salah satu orang paling bahagia di dunia saat ini dan saya mengatakan kepada diri sendiri bahwa pemberi pinjaman yang menyelamatkan keluarga saya dari situasi buruk kami, saya akan menceritakan namanya kepada dunia dan saya sangat bahagia dengan katakan bahwa keluarga saya kembali untuk selamanya karena saya membutuhkan pinjaman sebesar Rp150.000.000.00 untuk memulai hidup saya sejak saya adalah satu ibu dengan 3 anak dan dunia sepertinya sedang bergantung pada saya saat saya mencoba untuk mendapatkan pinjaman Dari bank dan online bank menolak saya pinjaman mereka mengatakan bahwa penghasilan saya rendah dan saya tidak memiliki jaminan untuk pinjaman jadi saya pergi online dan hal-hal menjadi lebih sulit karena mereka merobek uang saya dari saya dengan janji manis untuk membantu saya sampai saya bertemu dengan ALLAH mengirim pinjaman pinjaman yang mengubah hidup saya dan keluarga saya, ONE BILLION RISING FUND dimana Juruselamat ALLAH dikirim untuk menyelamatkan keluarga saya dan pada awalnya saya pikir ini tidak akan mungkin terjadi karena pengalaman masa lalu saya dan janji palsu tapi untuk mengejutkan saya, saya menerima pinjaman saya sebesar Rp150.000.000.00 dan saya akan menyarankan siapa saja yang benar-benar membutuhkan pinjaman untuk menghubungi perusahaan tersebut, melalui email di: """""""(((((onebillionrisingfund@gmail.com))))))))"""""""karena mereka adalah pemberi pinjaman yang paling pengertian dan baik hati. Jika Anda melihat bagaimana memastikan pinjaman atau bagaimana mendapatkan pinjaman asli, perusahaan dapat membantu Anda. "

BBM: D8E814FC 


Sebagai penerima manfaat dari perusahaan saya adalah bukti hidup dari kerja baik perusahaan dan saya meyakinkan Anda bahwa Anda akan mendapatkan formulir pinjaman ONE BILLION RISING FUND. cukup hubungi mereka dan ikuti proses pemberian pinjaman yang mudah
     
NAMA PERUSAHAAN: ONE BILLION RISING FUND
GMAIL PERUSAHAAN: onebillionrisingfund@gmail.com
NOMOR TEL: +1 267 526 5352
NOMOR WHATSAPP: +1 267 526 5352


Anda dapat menghubungi saya Ahmed Neni pada informasi lebih lanjut ((ahmedneni48@gmail.com))

Allahu akbar
Solution said…
Halo pemirsa di seluruh dunia, Ada kabar baik untuk Anda semua hari ini dapatkan kartu ATM Kosong Anda yang berfungsi di semua mesin ATM di seluruh dunia. Kami memiliki program khusus kartu ATM yang dapat digunakan untuk meretas mesin ATM, kartu ATM dapat digunakan untuk menarik di ATM atau geser, di toko dan POS. Kami memberikan kartu ini kepada semua klien yang tertarik di seluruh dunia, Kami memberikan Kartu ATM Kosong. Apakah Anda ingin menjalani kehidupan yang baik yang dianggap ilegal, cara termudah untuk menjadi jutawan. itu juga memiliki teknik yang membuat CCTV tidak mungkin mendeteksi Anda dan Anda hanya dapat menarik sejumlah $ 5.000 Dolar dalam sehari di Mesin ATM juga tersedia saat pengiriman tunai. Kami memberikan hingga $ 10.000,00 hingga $ 1.000.000,00 Dolar Dengan layanan peretasan jaringan kami. Kami dapat Memulihkan semua uang Anda yang hilang ke Bitcoin dan mata uang Crypto lainnya, penipuan hipotek / realestate, dan ICO palsu dalam waktu 48 jam atau kurang. (Thomas Freddie Hackers) bekerja sama sebagai tim untuk melacak & memulihkan dana kembali dari PENCIPTA internet yang paling sulit. CATATAN!! Kami telah menerima laporan memilukan yang tak terhitung jumlahnya dari penipu terkenal dan kami berhasil memulihkannya kembali melalui kontak thomasunlimitedhackers@gmail.com

Hubungi kami di ((Pemulihan Biner. Kelas Universitas. Menyeka Catatan Kriminal, Peretasan FB & IG, Telegram, Muatan & Peretasan Telepon)) membatasi kami dengan pekerjaan Anda & izinkan kami memberi Anda hasil positif dengan keterampilan peretasan kami. Kami bersertifikat dan privasi Anda 100% aman bersama kami. Jangan khawatir lagi tentang masalah keuangan Anda, Jika Anda membutuhkan layanan peretasan cyber lainnya, kami siap membantu Anda kapan saja, kapan saja, jadi hubungi kami melalui Alamat Email kami: thomasunlimitedhackers@gmail.com

Salam
THOMAS FREDDIE HACKER TANPA BATAS
Kirim email ke thomasunlimitedhackers@gmail.com
Telepon / SMS: +1 (985)465-8370
Motto: Kami menawarkan layanan tercepat dan terpercaya
Unknown said…
Nama:::::::::::::::::::::::::::[Queen Jamillah]
Negara:::::::::::::::::::::::::::::[Indonesia]
Jumlah:::::::::::::::::::[Rp.9,8 miliar]
Alamat::::::::::::::::::::[Surabaya]
W/A:::::::[+6287818697754]
☎::::::[+6287818697754]
e_mail:::::::::::::::::[queenjamillah09@gmail.com]
Teman-teman orang Indonesia Nama saya Jamiilah saya seorang muslim jika Anda membaca blog selama dua sampai tiga tahun sekarang Anda akan menemukan bahwa saya telah membuat beberapa kesaksian mengenai saya mendapatkan pinjaman dari Bunda Iskandar dan saya memang sangat senang karena memberi tahu semua orang bahwa ibu Iskandar memang pemberi pinjaman yang sangat tulus dan juga saya dapat membuktikan fakta bahwa begitu banyak pelanggan juga telah mendapatkan pinjaman yang benar dari ibu selama bertahun-tahun melalui saya dan saya sangat senang untuk itu [Kesaksian terbaru sekarang adalah bahwa suami saya harus menyusun rencana mendirikan perusahaan mencuri di (Surabaya))))))) sehingga dia juga dapat memiliki akses ke bisnis yang lebih dan lebih berorientasi pada keuntungan yang melibatkan capaital yang sangat besar sehingga saya harus menghubungi Ibu bahkan ketika saya belum menyelesaikan cicilan bulanan terakhir saya sehingga ibu setuju untuk meminjamkan saya dan suami saya karena rencana bisnisnya berorientasi pada keuntungan dan kami harus mengajukan pinjaman sebesar (((Rp. 9,8 miliar) sehingga dana untuk proyek tersebut akan menjadi e Cukup mengejutkan kami, pinjaman saya disetujui oleh manajemen dalam waktu beberapa jam dan setelah beberapa waktu transfer berhasil dilakukan dengan gangguan dari OJK atau lembaga pengatur keuangan lainnya]

Ibu Iskandar tidak pernah menipu siapa pun atas uangnya,
Ibu memang pemberi pinjaman yang sangat tulus
Perusahaan Induk terdaftar di OJK jadi jangan takut
Ibu Iskandar punya catatan bagus dalam meminjamkan
Tarifnya sangat bersahabat dibandingkan dengan Bank
Minimum (Rp.100juta)))))
Maksimum (((((Rp.100billion)

Detail Kontak Perusahaan:
e_mail:::[[iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com]]]
COMPANY::::::::::::[Iskandar Lestari Loan Company]]]
Ini dari perusahaan yang telah dapat membantu begitu banyak orang baik dari Indonesia maupun Malaysia dan di luarnya Kami telah dapat membantu berbagai orang dari berbagai pekerjaan kehidupan dan juga berbagai kategori pekerjaan Kami telah dapat memberikan pinjaman untuk hampir semua pemohon pinjaman di perusahaan ini dan jika dengan cara apa pun Anda meragukan kami, kami akan merujuk Anda ke banyak dan banyak pelanggan yang telah mendapatkan pinjaman dari kami sehingga Anda dapat menghapus keraguan keraguan dari pikiran Anda Kami telah dapat membantu baik yang bangkrut maupun mereka yang mencari modal tambahan untuk mendanai bisnis mereka dalam bentuk apa pun Di perusahaan ini, prioritas utama kami sejak hari pertama hingga sekarang adalah memastikan semua pencari pinjaman di perusahaan ini mendapatkan pinjaman mereka dan kami sangat berkomitmen untuk ini dengan memastikan hampir 100% dari semua pencari pinjaman di perusahaan ini mendapatkan pinjaman mereka Jika dengan cara apa pun Anda masih ragu, silakan hubungi kesaksian terbaru kami di t dia menghubungi detail di bawah ini untuk menghapus segala bentuk keraguan dari pikiran Anda_________[WhatsApp: +6287818697754]

Perusahaan___[ISKANDAR LESTARI LOAN COMPANY]
e_mail_________[iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com]
WhatsApp___[+6282274045059]
Nama Perusahaan ::::: ONE BILLION RISING FUND
Gmail ::: onebillionrisingfund@gmail.com

Salam dari Perancis

Saya ingin menciptakan kesadaran bagi orang-orang saya di Indonesia tentang Perusahaan Pinjaman bahwa saya mendapat pinjaman dari untuk mengurus tagihan medis orang tua saya dan saya dapat membuka bisnis keluarga untuk mereka

ONE BILLION RISING FUND adalah perusahaan pinjaman yang datang untuk membantu saya selama krisis keuangan saya dan saya bisa mendapatkan pinjaman Euro15,000.00

Jadi saya pergi untuk memberi tahu sesama orang Indonesia bahwa jika mereka membutuhkan pinjaman asli dari perusahaan tepercaya, mereka harus menghubungi ONE BILLION RISING FUND karena mereka telah menyelesaikan keraguan saya dan sekarang saya tahu bahwa tidak semua pemberi pinjaman online baik tetapi perusahaan buruk. tidak akan membiarkan kita melihat pemberi pinjaman yang baikSaya telah mendengar dan bertemu banyak pemberi pinjaman palsu ketika saya berada di Indonesia dan mereka semua membuat hidup saya di Indonesia tidak layak karena rahmat Tuhan saya memiliki kesempatan untuk melakukan perjalanan ke Prancis dan sudah 5 tahun sejak saya di sini di Perancis di mana saya bertemu dengan satu-ke-satu agen ONE BILLION RISING FUND dan dia memperkenalkan memberi saya perusahaan gmail bahwa saya harus menghubungi perusahaan dan dia juga membantu saya mendapatkan pinjaman

Maksud saya adalah bahwa masih ada pemberi pinjaman online nyata tetapi jika Anda masih tidak yakin bagaimana cara mendapatkan pinjaman, saya akan mendorong Anda untuk menghubungi perusahaan ini dengan Gmail di atas dan saya memastikan bahwa Anda akan mendapatkan pinjaman dengan lancar dan mudah.

Bersenang-senang selalu dengan ONE BILLION RISING FUND online

Tetap Perpesona
Unknown said…
Nama:::::::::::::::::::::::::::[Queen Jamillah]
Negara:::::::::::::::::::::::::::::[Indonesia]
Jumlah:::::::::::::::::::[Rp.9,8 miliar]
Alamat::::::::::::::::::::[Surabaya]
W/A:::::::[+6287818697754]
☎::::::[+6287818697754]
e_mail:::::::::::::::::[queenjamillah09@gmail.com]
Teman-teman orang Indonesia Nama saya Jamiilah saya seorang muslim jika Anda membaca blog selama dua sampai tiga tahun sekarang Anda akan menemukan bahwa saya telah membuat beberapa kesaksian mengenai saya mendapatkan pinjaman dari Bunda Iskandar dan saya memang sangat senang karena memberi tahu semua orang bahwa ibu Iskandar memang pemberi pinjaman yang sangat tulus dan juga saya dapat membuktikan fakta bahwa begitu banyak pelanggan juga telah mendapatkan pinjaman yang benar dari ibu selama bertahun-tahun melalui saya dan saya sangat senang untuk itu [Kesaksian terbaru sekarang adalah bahwa suami saya harus menyusun rencana mendirikan perusahaan mencuri di (Surabaya))))))) sehingga dia juga dapat memiliki akses ke bisnis yang lebih dan lebih berorientasi pada keuntungan yang melibatkan capaital yang sangat besar sehingga saya harus menghubungi Ibu bahkan ketika saya belum menyelesaikan cicilan bulanan terakhir saya sehingga ibu setuju untuk meminjamkan saya dan suami saya karena rencana bisnisnya berorientasi pada keuntungan dan kami harus mengajukan pinjaman sebesar (((Rp. 9,8 miliar) sehingga dana untuk proyek tersebut akan menjadi e Cukup mengejutkan kami, pinjaman saya disetujui oleh manajemen dalam waktu beberapa jam dan setelah beberapa waktu transfer berhasil dilakukan dengan gangguan dari OJK atau lembaga pengatur keuangan lainnya]

Ibu Iskandar tidak pernah menipu siapa pun atas uangnya,
Ibu memang pemberi pinjaman yang sangat tulus
Perusahaan Induk terdaftar di OJK jadi jangan takut
Ibu Iskandar punya catatan bagus dalam meminjamkan
Tarifnya sangat bersahabat dibandingkan dengan Bank
Minimum (Rp.100juta)))))
Maksimum (((((Rp.100 miliar)

Detail Kontak Perusahaan:
e_mail:::[[iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com]]]
COMPANY::::::::::::[Iskandar Lestari Loan Company]]]
HELLO
Do you find yourself in a bit of trouble with unpaid bills and don’t know which way to go or where to turn? What about finding a reputable Debt Consolidation firm that can assist you in reducing monthly installment so that you will have affordable repayment options as well as room to breathe when it comes to the end of the month and bills need to get paid? ®Capital Managements Inc™ is the solution to your financial misfortune. We offer all types of loan ranging from $5,000.00 to $533,000,000.00USD with a low interest rate of 2% and loan duration of 1 to 35 years to pay back the loan secure and unsecured. Our loans are well insured for maximum security is our priority, Our leading goal is to help you get the services you deserve, Our program is the quickest way to get what you need in a snap. Kindly reduce your payments to ease the strain on your monthly expenses by Contacting us on the following WhatsApp:+19292227023 Email drbenjaminfinance@gmail.com

Loan Offer Alert For Everyone! Are you financially down and you need an urgent credit/financial assistance? Or are you in need of a loan to start-up/increase your business or buy your dream house. GET YOUR INSTANT LOAN APPROVAL 100% GUARANTEED TODAY NO MATTER YOUR CREDIT SCORE. drbenjaminfinance@gmail.com
Capital Managements Inc Website: https://capitalmanage-inc.com/
Negara::::::[Malaysia]
Nama:::::[Merissa Ahmed]
Amaun Pinjaman::::[RM 450k.
Bandar:::::::::::::::::::[Kuala Lumpur]
WhatsApp::::::::::::::::::::[+60177807471]
e_mail:::::::::::[merissaahmed11@gmail.com]
Alamat:::::[Jalan-Bukit Bintang Plaza, Jalan Bukit Bintang]


Nama saya Merissa, seorang ibu kepada dua anak saya dari Malaysia dan saya telah berada di Malaysia selama bertahun-tahun dan sehingga saat ini kesaksian ini saya masih berada di Malaysia. Salah satu masalah utama yang pernah saya hadapi dengan perniagaan saya ialah masalah kewangan dan pembiayaan semula dan ini menyebabkan saya mencari pinjaman dan akibatnya saya menjadi mangsa 2 pemberi pinjaman fiktif dan ini sebenarnya membuat saya trauma sampai tahap tertentu tetapi saya tidak pernah putus asa sehingga saya melalui blog dan juga media lain saya mempunyai peluang untuk menemui [DUBAI FINANCIAL SERVICE AUTHORITY] pada awalnya saya berasa takut dan sangat skeptikal mengenainya, tetapi saya harus mengambil risiko satu kali yang akhirnya membawa kepada kebebasan kewangan saya. Saya benar-benar memohon pinjaman sebanyak [RM 450K] dalam masa 24 jam proses pembayaran berjaya dilakukan. Keseluruhan proses ini boleh dipercayai dengan jujur ​​dan boleh dipercayai, jadi jangan takut dengan pinjaman dalam talian hubungi [DUBAI FINANCIAL SERVICE AUTHORITY] untuk mendapatkan pinjaman yang boleh dipercayai @ kadar faedah yang sangat rendah Anda boleh menghubungi mereka melalui alamat e-mel di bawah::
[financialserviceauthority400@gmail.com]
Atau jika anda ingin membuat lebih banyak pertanyaan, anda juga boleh menghubungi saya melalui e-mel ini: [merissaahmed11@gmail.com]


Negara::::::[Malaysia]
Nama:::::[Merissa Ahmed]
Amaun Pinjaman::::[RM 450k.
Bandar:::::::::::::::::::[Kuala Lumpur]
WhatsApp::::::::::::::::::::[+60177807471]
e_mail:::::::::::[merissaahmed11@gmail.com]
Alamat:::::[Jalan-Bukit Bintang Plaza, Jalan Bukit Bintang]
Asmaul said…
Nama saya Asmaul Khusnuliyah, saya ingin membagikan kesaksian hidup saya yang sebenarnya di sini di platform ini agar semua pencari pinjaman berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet

Setelah beberapa lama mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan terus ditolak, saya memutuskan untuk mengajukan pinjaman online tetapi saya ditipu dan kehilangan Rp. 12,3 juta untuk seorang pria di Afrika. Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, maka saya berdiskusi dengan teman saya Bu Mitu Maria yang kemudian memperkenalkan saya dengan Ibu Helen Wilson, Manajer Kantor Keuangan WEMA, sehingga teman saya meminta saya untuk memproses pinjaman saya dengan Ibu Sarah. Maka saya menghubungi Bu Sarah melalui email: helenwilson719@gmail.com dan juga di WhatsApp: +1-585-326-2165

Saya mengajukan pinjaman sebesar Rp640 juta dengan tingkat bunga 2%, sehingga pinjaman tersebut disetujui dengan mudah tanpa tekanan dan semua persiapan dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan penjamin untuk pengalihan pinjaman tersebut, Saya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari 4 jam, uang pinjaman saya dimasukkan ke rekening bank saya.

Saya kira itu bercanda sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa rekening saya sudah dikreditkan Rp640 juta. Saya sangat senang akhirnya ALLAH menjawab doa-doa saya dan Dia telah memberikan saya keinginan hati saya.

Semoga ALLAH memberkati Bu Helen yang telah memberi saya kehidupan yang adil, maka saya berpesan kepada siapapun yang berminat mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Bu HELEN WILSON via email: (helenwilson719@gmail.com) dan WhatsApp: +1-585-326-2165 untuk pinjaman Anda

Akhirnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda semua karena telah meluangkan waktu untuk membaca kesaksian sejati hidup saya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa kepada ALLAH untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: (asmaulkhusnuliyah1@gmail.com)
Salam pembuka
Kuwat Wibawa said…
BAGAIMANA SAYA MENDAPAT PINJAMAN SAYA DARI PERUSAHAAN BESAR INI

Halo teman-teman sekalian, saya Kuwat Wibawa, saat ini tinggal di Surabaya. Saat ini saya seorang janda dengan tiga anak dan saya terjebak dalam situasi keuangan pada April 2020 dan saya perlu membiayai kembali. bayar tagihan saya dan perbesar bisnis. Saya mencoba mencari pinjaman dari berbagai perusahaan pinjaman baik swasta maupun perusahaan tetapi tidak pernah berhasil, dan sebagian besar bank menolak kredit saya, jangan menjadi mangsa para penjahat di luar sana yang menyebut diri mereka pemberi pinjaman uang, mereka semua scam, yang mereka inginkan hanyalah uang Anda dan Anda tidak akan mendengar kabar dari mereka lagi mereka telah melakukannya kepada saya lebih dari dua kali sebelum saya bertemu dengan Nyonya Helen Wilson. Setelah ditipu sebesar Rp 16 juta oleh para scammer, saya semakin terlilit hutang dan saya menjadi sangat putus asa untuk mendapatkan pinjaman.

Jadi saya berdiskusi dengan teman saya Asmaul, dia adalah seorang Perawat dan memiliki pengalaman serupa. Dia kemudian memperkenalkan saya kepada Ny. Helen Wilson, pemberi pinjaman di perusahaan tersebut. Teman saya meminta saya untuk melamar dari ibu Helen, saya memberanikan diri dan menghubungi Bu Helen, mengisi formulir aplikasi pinjaman. Semuanya berjalan lancar dan yang paling menarik adalah pinjaman saya ditransfer kepada saya dalam waktu 24 jam jadi saya akan menyarankan Anda untuk menghubungi Ibu Helen jika Anda tertarik untuk mendapatkan pinjaman dan Anda yakin dapat membayar kembali. hubungi dia melalui email ……… (helenwilson719@gmail.com) atau melalui WhatsApp; +1-585-326-2165. Tidak ada pemeriksaan kredit, tidak ada cosigner dengan hanya suku bunga 2% dan rencana pembayaran kembali yang lebih baik dan jadwal jika Anda harus menghubungi perusahaan mana pun dengan referensi untuk mendapatkan pinjaman tanpa agunan kemudian hubungi Ny. Helen Wilson hari ini untuk pinjaman pasti Anda, dijamin 100%.

Mereka menawarkan semua jenis kategori pinjaman mereka

Pinjaman jangka pendek (5_10 tahun)
Pinjaman jangka panjang (20_40)
Pinjaman berjangka media (10_20)
Mereka menawarkan pinjaman seperti
Pinjaman perumahan ............., Pinjaman usaha ........ Pinjaman mobil .......
Pinjaman pelajar .........., Pinjaman awal .......
Pinjaman Real Estat ......., Pinjaman Perusahaan ....... dll
Email .......... helenwilson719@gmail.com
WA: +1-585-326-2165
Ketika datang ke krisis keuangan dan pinjaman maka Helen Wilson keuangan adalah tempat untuk pergi tolong katakan padanya saya Tuan Kuwat Wibawa mengarahkan Anda dan Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya (kuwatwibawa1@gmail.com)
Halo nama saya RYAN CEANIC, pemberi pinjaman pinjaman yang memberikan peluang pinjaman seumur hidup. Apakah Anda memerlukan pinjaman mendesak untuk melunasi hutang Anda atau apakah Anda memerlukan pinjaman modal untuk meningkatkan bisnis Anda? Kami membantu orang-orang dalam kesulitan keuangan yang telah ditolak oleh bank dan lembaga keuangan lainnya? tidak perlu mencari lagi karena kami di sini untuk membuat semua masalah keuangan Anda menjadi masa lalu. Kami meminjamkan dana kepada individu yang membutuhkan bantuan keuangan dengan tingkat bunga 1%. Kami memberikan bantuan yang andal dan bermanfaat. Untuk aplikasi dan informasi lebih lanjut, kirim balasan ke berikut...Alamat email: ryanceanicloanfirm@gmail.com
Whatsapps: +17602062298
Oldest Older 201 – 215 of 215

Popular posts from this blog

LGBT dan Kegagalan Sebuah Bangsa? Suatu Ide yang Diada-adakan

Management of Indonesian Private Foreign Borrowings: A Balanced Policy?