"A great deal of talent is lost to the world for want of a little courage. Every day sends to their graves obscure men whose timidity prevented them from making a first effort."
Sydney Smith (1771-1845)
"It is foolish to complain that you do not have enough time. Do what serves a purpose of yours and what you enjoy doing for its own sake. Live like this, and you will have plenty of time."
John Gray - Feline Philosophy: Cats and The Meaning of Life
"It is not that we have a short time to live, but that we waste a lot of it."
Seneca in the Book of Dead Philosophers by Simon Critchley
Tulisan ini akan menjadi penutup bagi kampanye saya untuk ILUNI UI. Saya tahu banyak yang terkejut ketika saya tetiba maju dalam proses Konvensi ILUNI FHUI untuk menjadi Calon Ketua Umum ILUNI Universitas Indonesia dengan dukungan institusional ILUNI FHUI (yes, I understand that the program's name is very long, but please bear with me). Jangankan mereka, saya sendiri pun sempat terkejut mengapa saya akhirnya mengirimkan proposal visi misi dan program saya kepada panitia. Ada begitu banyak pertimbangan yang ada di benak saya dan salah satunya adalah karena saya paham apa konsekuensi memenangkan konvensi tersebut. Once the process is triggered, we will not be able to stop the wheels until the end.
Tapi kini, di hari terakhir kampanye kita yang seru dan penuh dengan intrik dan pernak pernik, saya sudah tidak memiliki keraguan sedikitpun soal mengapa saya maju untuk menjadi Ketua Umum ILUNI UI. Saya maju untuk ILUNI UI yang lebih tersambung, yang lebih setara, dan yang lebih solutif bagi alumni dan almamater. Begitu banyak aspirasi yang kita terima dari ribuan alumni, khususnya mereka yang selama ini tidak terdengar, apalagi berminat untuk turut serta dalam suatu kontestasi seperti ini, dan kita ingin melakukan sesuatu untuk mereka! Di tulisan saya sebelumnya saya sudah membahas bahwa kita sedang mengalami krisis organisasi. Pengurusnya adalah orang yang itu-itu lagi, gayanya pun juga belum ada perubahan signifikan. Alumni kita ada ratusan ribu, tapi yang tersentuh oleh ILUNI UI masih jauh dari harapan. Sayang sekali apabila ternyata banyak program bagus tapi tak terdengar. Dalam konteks dunia bisnis dan pemasaran, konsumen tak pernah salah kalau mereka tak tahu produk bagus sekalipun dibuat dengan sepenuh hati. Di dunia organisasi pun hukum besi ini berlaku!
Maka menjadi suatu pertanyaan besar, apa iya kita mau mengulang kondisi yang sama untuk 3 tahun ke depan? Jawabannya tentu saja tidak. Saya sudah mengingatkan tentang pentingnya awareness dan database di artikel saya tempo hari dan menurut saya, tidak perlu lagi kita ulang panjang lebar di sini. Yang menjadi fokus saya kali ini adalah soal seberapa banyak energi yang bisa kita bawa untuk mewujudkan semua mimpi besar itu dalam 3 tahun ke depan? Hal ini terjawab dalam salah satu unggahan dari tim kami di UI Mewarnai: kegembiraan yang hakiki.
Kebanggaan terbesar bagi saya dalam proses kampanye ini adalah bisa bertemu dengan tim yang baru benar-benar terbentuk sekitar 7 minggu lalu namun mereka bisa bekerja sebagai satu tim yang solid seakan-akan mereka sudah bekerja bersama-sama selama bertahun-tahun. Mereka semua disatukan bukan dengan tekanan, paksaan, atau iming-iming kekayaan dan jabatan, tapi energi positif yang ceria. Tidak heran kalau hampir setiap hari, kalau bukan tiap hari, ada saja bahan untuk tertawa bareng-bareng di grup pemenangan. Kita bicara soal ide kreatif apa lagi yang akan kita buat hari ini untuk bahan kampanye, atau program apa yang bermanfaat bagi para alumni dan menarik hati mereka. Dan begitu diputuskan, tim bergerak cepat, efektif, dan efisien, tanpa lupa tersenyum bersama.
Dan ini yang ingin saya ingatkan sebelum memasuki masa tenang esok hari. Marwah organisasi ILUNI UI adalah kekeluargaan dan persaudaraan. Tidak ada keluarga yang bahagia apabila diisi oleh orang-orang yang kerap menggerutu dan menyebarkan berita palsu soal saudaranya sendiri. Kampanye ILUNI ini hanya berjalan sekitar sebulan, tapi masa depan kita semua masih panjang. Apa pantas mengorbankan keluarga kita sendiri untuk suatu jabatan yang bahkan tidak memiliki kuasa dan kewenangan apa pun. Rekan-rekan yang saya cintai, ILUNI UI memang punya mimpi besar untuk mentransformasi para alumni kita menjadi kekuatan yang luar biasa, tapi kalau boleh saya ingatkan sekali lagi, ini cuma ILUNI UI, wadah keguyuban para alumni.
Saya sendiri tidak akan berpanjang-panjang menulis tentang bagaimana ILUNI UI akan maju ke depannya. Di penghujung kampanye ini, izinkan saya mengucapkan terima kasih saya secara personal kepada orang-orang yang telah membantu gerakan ini sepenuh hati. Saya mohon maaf apabila tak tersebut, dan urutannya pun saya tidak buat secara terorganisir, tapi percayalah, kalaupun namanya tidak tersebut di sini, tidak serta merta saya nafikan kontribusi dan semangatnya. Bertemu dan bekerja dengan kalian adalah suatu kehormatan yang luar biasa bagi saya pribadi, kalian semua manusia hebat!!! Kalau saya punya waktu lebih panjang, akan saya tulis semua sebisanya. But at least, I write this down because I have funny or colorful memories about you guys.
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih ke Andi FMIPA 2015. Anak muda ini yang berani menantang saya di depan semua orang di acara kumpul-kumpul fisik tim pertama kali di kantor kami dan mengingatkan saya bahwa sebagai seorang pemimpin, tidak boleh sekali-kali saya bilang kalah di depan tim yang sudah meluangkan waktunya secara sukarela bekerja untuk kita. I took note and not once I've ever said about losing since that time. Menang atau menang banget! Tapi kalau boleh pesan sedikit, tolong jangan terlalu posesif sama ane, ckckckck.
Kemudian untuk Yuza dan Muji FMIPA 2010 dan 2011 yang menjadi salah satu tim pertama kita bareng Tika FMIPA 2012. Yuza pimpin tim PMO bareng Ivan FEB 2016 dan Muji bersama Tika bantu di data dan analitik. Kerja keras kalian menjadikan tim solid dan berbasis data dalam menuju pemenangan kita. Sebagai anak IPA gagal dulu waktu SMA, I'm happy to be supported oleh anak2 Matematika yang pintar-pintar seperti ini. Dan siapa yang sangka, Yuza ternyata lumayan Wibu.
Anneke FISIP 2007 yang jauh-jauh datang dari Bogor kalau pertemuan fisik, suka berbagi info penting di PMO dan memberikan salah satu tulisan terbaik tentang gerakan kita dengan sepenuh hati. Sayang kita belum sempat bikin konten nari bareng pas kampanye ini.
Sri Gusni FKM 2007 yang tagteam dengan Dannial FKM 2008 bahu membahu memberikan dukungan terbaik untuk tim. Saya senang gerakan kita bisa bikin kalian islah lagi setelah sebelumnya sempat beda posisi. Isn't that nice? Mending back old friendships? Semoga kita bisa terus kolaborasi nantinya! Buat Sre, sori juga kalau sering diceng-cengin. Abis ngakunya dukung saya cuma karena suami Kak Kirana. Bercanda deng, ente wanita tangguh, layak dapet 10 jempol!
Junita FT 2016 yang sempat negor saya karena katanya terlalu belagu. Gadis muda ini lumayan bikin saya deg-degan kalau lagi judes tetapi kontribusinya maksimal selalu buat pergerakan. I learn a lot from you.
Irvan FT 08 dan Kiyun FT 15 yang sampai sekarang saya masih bingung bagaimana caranya kalian dulu menemukan saya dan memutuskan jadi pendukung sampai sekarang. It was so random, but here we are together. Dari awalnya Irvan yang sempat khawatir apa mungkin Pram bisa buat kampanye menyentuh anak muda sampai dia sendiri kaget ternyata kita bisa!
Monica FIK 18 sekaligus Mapres yang sering datang ke acara kita termasuk adu gagasan padahal masih lelah habis tugas sebagai NERS. I am grateful that you are willing to spend your time for us despite being tired with physical job! Dan tentu tak lupa Josua FH 2014 yang menulis salah satu tulisan dukungan terbaik dari sisi hukum buat gerakan kita! Great couple!
Badur Fasilkom 12, admin LordPramYes yang selalu punya ide cemerlang buat post-post jenaka dan just a fun guy to hang around with. As promised, kalau kita menang, LPY akan jadi second account resmi Ketua ILUNI UI.
Hersal FMIPA 2013 yang jadi ketua event kita dan entah gimana, kejadian aja itu acara-acara kita yang tentunya didukung oleh tim event yang tersebar lintas fakultas. Kalian jagoan neon, apalagi pas kita bisa buat acara Networking Event yang dihadiri lebih dari 700 orang. I am still wondering, how did we manage to do that? Simply amazing, padahal kalau lihat muka Hersal, sungguh tidak tampak seperti event organizer.
Pierre FISIP 2020 juga layak dapet ucapan khusus karena bocah yang ngurus event bareng Hersal dan sempat beberapa kali jadi MC ini bales WA saya dengan sticker "Jangan Sok Akrab". Tak akan saya lupakan, hahahahaha.
Michael FISIP 2017 yang aktif bantu acara Wibu kita dan sekaligus jadi moderator pas acara debat Jujutsu Kaisen. Doi juga salah pendiri komunitas e-sport and we have big plan for gaming community di UI.
Cicil S2 FKM 2014 yang nulis post paling dahsyat dengan judul "Aku akan mati menyesal kalau aku ga ngelakuin ini". Badannya memang mungil tapi energinya seperti singa. Suatu kehormatan menerima tulisan dan dukungan seperti itu, apalagi yang bersangkutan juga wibu pecinta Demon Slayer.
Choula Farmasi 2019 yang bikin riset mendalam soal 7 kandidat sebelum akhirnya berlabuh ke tim kita dengan suara hati yang menyala. Niat banget sampai ngikut beberapa acara kita khusus buat ketemu dengan saya dan Ira.
Shofwan Fisip 2003, kawan lama dari jaman bareng di Selasar dulu dan jadi salah satu orang pertama yang mau mendukung saya dan sepakat jadi ketua tim ahli kita. Ahli hubungan internasional yang sangat terpelajar dan selalu kalem. Thank you waktu itu nyempatin diri juga bantu persiapan adu gagasan pertama.
Mediya Sastra Jerman 2006, tukang foto kita yang hampir bareng setiap hari bersama saya untuk bikin konten. Saya akui energinya luar biasa karena bisa ngejar jadwal kampanye kita yang sejujurnya tidak masuk akal. Ga terlupakan waktu saya gendong anak Medi (yang juga hitungannya masih keponakan saya) pas kita jalan di Sentul supaya doi ga cape jalan.
Bro Bima FT Sipil 2005, Bintang FT Metal 2006, dan Wawan FT Metal 2008 yang jujur kocak-kocak tapi jadi serius begitu bicara data buat konstetasi ini. Bima dapat special mention untuk bikin konten pribadi paling lucu di penghujung acara kita.
Dylan Vokasi 2020 dan FEB Ekstensi 2023, salah satu juara di leaderboard suara yang gemar main tenis dan aktif mencari pendukung bagi UI Mewarnai. I am honored to come to your office dan disuruh ngasih pemberkatan ala kapitalisme, kudoakan sukses dan jaya, jaya, jaya!
Bang Ardian Nengkoda FT TGP 93 yang jauh-jauh kasih dukungan dari Saudi, sempat-sempatnya bicara puitis soal hujan pas pertama kali telpon-telponan dan terakhir bikin puisi untuk mendukung kita hari ini. Your support means a lot to us!
Rifki FEB 2006, sesama orang Minang yang ahli nulis 7 alasan mengapa harus pilih Pram dan Sita. Sempat dikira mata-mata dari tim lain dan berujung jadi salah satu pendukung yang paling rajin datang acara kita dan selalu punya komen-komen lucu di IG dan sosmed lainnya.
Bang Joris FIB 86 yang ngundang saya acara sejarah kota Depok dan bikin saya kenalan sama Oma Thea yang ahli sejarah Depok. Siapa yang sangka kalau Depok punya sejarah panjang 300 tahun dengan segala pernak-perniknya. Plus gara-gara acara itu, sempat nguji anak SMA Depok yang ngaku tahu sejarah Jepang ternyata ketukar dengan sejarah Cina.
Bro Idris Sikumbang FT Perkapalan 2002 yang baru ketemu sebentar tapi jadi salah satu orang yang bikin konten pribadi paling banyak buat kami, termasuk satu khusus dalam bahasa Minang. Dia sebut saya nyentrik tapi ini orang juga tidak kalah nyentriknya. Energi Uda satu ini elektrik lah.
Mbak Diana FH 89 dan Bang Kadri FH 82, duo senior pendukung kita dari FHUI yang jadi motor penggerak awal kampanye ketika kita baru mulai semua proses ini dan selalu bersemangat buat kampanye gerakan UI Mewarnai di FHUI sampai-sampai jarinya keriting saking banyaknya yang dihubungi. Kapan lagi coba bisa kolaborasi nyanyi Ayam Den Lapeh?
Mbak Vivi FT Sipil 89 yang walaupun baru bergabung 2 minggu lalu tapi ga kalah lincah soal hubungin orang untuk memilih kita dan selain sesama Minang, ulang tahunnya pun sama dengan saya. Pantes orangnya ga habis-habis energinya, hahaha.
Tiffany FH 2019, Bonan FH 2020, Nata FH 2019, Elang FH 2017, Nasha FH 2020, Annisa FH 2020, dan Eki 2019 yang aktif di helpdesk dan udah kerja dalam suka dan duka dari awal cari-cari Surduk. Dedikasinya sungguh terpujikan dan jujur, kalian semua anak-anak lucu yang suka bikin saya ketawa. So, harus kita mention di sini.
Adnan FH 2013 yang sempat butuh pendekatan beberapa kali tapi sekalinya gabung, ga tanggung-tanggung mendukung dan juga jadi salah satu orang yang paling rajin nongol dalam beragam acara kita dengan timnya. An honor to be supported by you!
Bu Sri FMIPA 74 yang sungguh niat membantu kita sampai ngundang ke rumah supaya dapat testimoni dari suami beliau yang ternyata lawyer terkenal, Bang Maqdir Ismail. Dan kalau ngobrol juga ga habis-habis tenaganya. Awal ketemu sempat deg-degan, ternyata Bu Sri orangnya pun juga kocak. Jadilah kita cocok.
Bang Hilmar Farid FIB 87 yang dalam sejam setelah bertemu dengan saya memutuskan untuk jadi CM kita dan terus mendukung kita ketemu orang sana sini untuk memastikan kita bisa meraih kemenangan. Selalu suka lihat reaksi muka Bang Fay tiap kali kita sedang diskusi dengan tim internal, mungkin beliau sedang mempertanyakan dirinya sendiri, kok bisa aku ada di tim ini? We have so much fun, and hopefully, we can collaborate further.
Fauzan FISIP 2003. Baru tahun lalu kita ketemu sambil bilang, kita temen kongkow-kongkow 10 tahun sekali. Tiba-tiba saya maju jadi Ketua ILUNI UI dan Fauzan jadi salah satu yang paling invested dalam proses ini. Thank you for your fresh ideas. I know you enjoy this campaign as much as I do. Bisa jadi bahan baru dalam proses marketing kita ke depannya, haha.
Bilal FEB 2018 yang cold DM ke saya basically bilang logo awal gerakan kita masing kurang optimal 😝😝😝). Kita langsung uji desain doi dan memang ga salah pilih orang. You nail it! Next time kita ganti desain logo UMBRA, I will call you personally!
Cania FISIP 2013 yang tiba-tiba juga ikutan well invested sampai ngundang podcast 3x (termasuk bareng Ferry Irwandi) untuk share insight-insight saya dan Sita. Who will expect investasi jaman baheula jawab-jawabin pertanyaan Cania via DM twitter bertahun-tahun lampau akan dibayar dengan dukungan konten-konten dengan jangkauan seluas itu? What a blessing!
Fitra FKM 2010 beserta dengan Hannan dan Zulfadhli sebagai tim inti media kita yang selalu sigap dengan konten kita yang jumlahnya tak terhitung. Ibarat kata, yang lain baru tarik napas, kita udah siap minimal 2 konten. Bahkan sampai hari akhir pun terpaksa kejar tayang karena terlalu banyak konten yang bisa dibagikan. Best media team ever!
Muqthi, Fakhri dan Rio FH 01, salah satu bagian dari tim inti pertama gerakan ini, sahabat-sahabat dari tahun 2001. Certified dagelan tapi punya hati. Dari mereka saya belajar bikin gerakan di kampus, soale mereka jauh lebih ahli soal ini. Thank you udah mau bantu kawan lama kalian ini!
Bang Eddy Soeparno FH 84, seorang pejabat yang luar biasa sibuk tapi super, super humble dan responsif. Masih ga habis pikir kenapa Bang Eddy mau bantu kita sebegitunya. You're such an inspiration to us and we are grateful to be supported by you. Salah satu alasan saya cepat balas DM ya Bang Eddy. Kalau Bang Eddy aja responsif, masa saya tidak?
Pak Didi Setiarto, FH 94. Ga perlu banyak bicara, salah satu supporter kami paling solid dari FH. Terbaik! Sesederhana itu.
Pras dan Papa, yang ini warga negara asing, tapi karena keluarga, bolehlah disebut di sini. Ga nyangka khususnya Papa jadi well invested, sampai DM Rocky Gerung segala karena ga setuju sama pilihan Rocky di ILUNI UI. I was like, seriously, jangan ngajak berantem orang cuma buat ginian, huaaaaa.
Sita FEB 2001. Terima kasih sudah cukup gila untuk menerima ajakan jadi Sekjen saya. Di tengah jabatan dan kesibukan baru, you actually took my call and respond swiftly to my request. When you said yes, setengah beban hidup langsung hilang. Yes, Sita sepenting itu buat bikin saya tetap waras dalam proses kampanye ini. We will do big and beautiful things for UI if we win this!
Ira FHUI 01. Ketua Partai kita yang sesungguhnya dan yang pertama ngide gimana kalau saya maju jadi Ketua ILUNI UI. I told you so, and here we are doing a movement with so many people in just 8 weeks. Partner terbaik saya baik dalam kehidupan maupun semua kegiatan lainnya. Thank you for being so supportive bahkan kadang lebih semangat lagi dibanding saya. Excited to see where will we go with this movement!
And finally, untuk almarhum ibu saya, you're the main reason I am here today surrounded by these lovely and well, eccentric people. Because of you, I took my first step into something big, out of my comfort zone, going through a journey of self-discovery. I hope that I'll make you proud, nothing more, and nothing less.
Terima kasih sekali lagi untuk semua yang sudah membantu kami menciptakan gerakan UI Mewarnai. Izinkan saya menutup tulisan ini dengan mengajak seluruh pembaca untuk membayangkan hal sebagai berikut: apabila kami di tim UI Mewarnai bisa menciptakan gerakan positif seperti ini dalam waktu 8 minggu, bayangkan apa yang bisa kami lakukan dalam 3 tahun? Maju terus UI dan alumninya! Sampai jumpa nanti di pemilihan tanggal 23-24 Agustus 2025 (voting dibuka dari jam 12.00 siang tanggal 23 Agustus 2025 dan ditutup di jam 12.00 siang tanggal 24 Agustus 2025).
Mimpi Besar ILUNI UI di Hari Kemerdekaan
Eksposur ini tentu bisa menjadi hal yang luar biasa positif bagi suatu institusi yang jarang terdengar atau mungkin bisa dibilang sudah akan menghilang dari ingatan zaman. Tapi di sisi yang lain, ia juga turut mengundang suara-suara yang tidak bertanggung jawab. Black campaign berseliweran dengan masif, dan nampaknya hampir semua nama kandidat tercatut dalam berbagai pemberitaan yang tendensius dan tidak bertanggung jawab - coba google saja atau bahkan di Tiktok dan berbagai pesan WAG - termasuk saya, calon Sekjen saya dan tim UI Mewarnai.
Ini fenomena yang sangat menarik. ILUNI UI secara mandat organisasi sesuai dengan anggaran dasarnya adalah organisasi non-politik berbasis kekeluargaan. Ketua dan Sekjen ILUNI UI tidak memiliki kewenangan politik dalam bentuk apa pun, bahkan tidak seharusnya memiliki posisi dalam kebijakan publik. Jangankan mengatur ke mana arah negara ini akan berjalan, mengatur dan memaksa alumni-alumninya saja untuk melakukan sesuatu pun ILUNI UI tidak ada kewenangan. Kekuatan terbesar seorang ketua dan Sekjen ILUNI UI memang bukan dari otoritas berbasis hukum dan peraturan perundang-undangan, tapi dari kekuatan hati dan jaringan yang bersangkutan. Seberapa banyak hati yang ia bisa sentuh, sebanyak itulah orang-orang akan berdatangan mendukung dan membantu. Karena jangan lupa, ILUNI UI bahkan bukan organisasi berbayar, ini organisasi berbasis tenaga relawan. Dan tidak seperti partai politik atau mungkin relawan untuk keperluan politik, mohon maaf, ILUNI UI tidak bisa menawarkan jabatan publik dalam bentuk apapun kepada para pendukungnya, karena lagi-lagi, siapalah kami ini bisa menentukan dan membagi-bagi itu semua?
Maka menjadi pertanyaan ketika kemudian isu ILUNI UI ini digoreng sedemikian rupa melalui berita-berita click-bait yang kemudian disebarkan tanpa berpikir panjang oleh orang-orang yang seharusnya terdidik (sekali lagi, ini alumni-alumni UI yang merupakan anak-anak sarjana dan pasca sarjana yang kita yakin tidak minim literasi dan bisa berpikir secara independen). Ada apa ini sebenarnya? Sangat disayangkan apabila kebohongan tersebut disebar tanpa cross-check hanya demi memperoleh segenggam kemenangan dengan mengorbankan semangat persaudaraan dan kekeluargaan dari para alumni Universitas Indonesia itu sendiri. Tanpa sadar, atau lebih gawat lagi, secara sadar, para penyebar berita ini memutuskan untuk merusak marwah institusi ILUNI kita demi kepentingan pribadi segelintir orang. Dan sekali lagi perlu kita tanya bersama-sama, untuk apa and at what cost?
Setiap kali kita merayakan Hari Kemerdekaan, kita selalu mengumandangkan semangat persatuan karena kita adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bangsa ini sangatlah besar dan beragam, dan oleh karenanya unsur persatuan harus terus dijaga. Tanpa adanya ikatan yang kuat sebagai bangsa, kita rawan terpecah belah dan konsekuensinya akan sangat negatif. Hal yang sama juga berlaku untuk ILUNI UI, keragaman kita harus terus dijaga dengan semangat persatuan dan energi positif. Tanpa itu, mimpi besar ILUNI UI tidak akan pernah tercapai.
Benar bahwa saat ini ILUNI UI sedang dalam krisis. Organisasi ini butuh dukungan kita semua bukan saja untuk sekedar bertahan tapi berevolusi ke level yang lebih tinggi. Pertama, sudah pasti diperlukan awareness yang lebih besar untuk keberadaan ILUNI UI. Akun resmi Instagram Tim UI Mewarnai (@connecting.colors) tumbuh cepat secara organik dan saat ini sudah ditonton lebih dari 5,5 juta pemirsa, belum konten-konten kami mengenai ILUNI UI di berbagai sosial media lain dan juga kolaborasi kami dengan beragam pendukung yang berbaik hati berkenan berkontribusi untuk satu tujuan. Suatu kebanggaan tersendiri bagi kami bisa menyentuh sedemikian banyak orang, khususnya mereka yang sebelumnya 100% apatis terhadap keberadaan ILUNI UI apalagi sekedar pemilihan ketua ILUNI UI. Orang-orang ini adalah masa depan kita karena kenyataannya, kebanyakan anggota dari organisasi di lingkungan kampus tercinta kita seringkali diisi oleh manusia yang itu-itu lagi, lu lagi, lu lagi, lu lagi.
Susah payah kita menciptakan awareness untuk para pemilih baru ini, sayang kan kalau ibarat kata jiwa mereka yang masih putih bersih dihajar dengan berita-berita palsu? Yang muncul hanya antipati karena kalau kita mau jujur dengan diri sendiri, kebanyakan dari mereka akan berkata,"organisasi ini sudahlah tidak ada dampaknya bagi kami selama ini, sekarang mereka malah ribut sendiri."
Kedua, setelah kesadaran akan keberadaan ILUNI UI telah dibangun secara kuat, pekerjaan rumah terbesar untuk ILUNI UI adalah menyusun dan merapikan data alumni kita yang sampai sekarang tidak jelas juntrungannya ada di mana. Tanpa database yang solid dan terintegrasi, kita tidak akan tahu bagaimana cara kita menemukan mereka-mereka yang bisa membantu ILUNI UI dan mereka-mereka yang nantinya juga perlu dibantu. Sekali lagi kami ingatkan, ini organisasi kekeluargaan dan sudah selayaknya sesama anggota keluarga saling membantu. Tapi sebelumnya, mereka sudah harus saling mengenal terlebih dahulu.
Proses pendataan ini tentu sudah harus dijalankan dengan masif dan bahkan seharusnya menjadi tugas dari ILUNI UI dari sejak dahulu kala. Tapi kenyataannya, justru masing-masing kandidat ketua umum dan tim pendukung mereka yang dibebani pekerjaan ekstra selama masa kampanye ini untuk membantu para alumni kita mendaftar ke aplikasi UI Connect yang sungguh menguji kesabaran. Saya pikir sudah sedemikian banyak berita dan kritik mengenai UI Connect yang tidak perlu kita tuliskan panjang lebar lagi di sini. Isu pentingnya adalah, ada banyak alumni yang sebenarnya tergerak untuk berpartisipasi dalam pemilihan ketua umum ILUNI ini tapi mereka kesulitan mendaftar ke UI Connect karena selain ada 3 level pendaftaran (registered, verified, validated), aplikasinya pun sering error. Kami sampai minta maaf berkali-kali kepada para pendukung karena menyusahkan waktu dan energi mereka untuk pendaftaran (padahal bukan kami yang membuat atau pun mengusung penggunaan aplikasi itu!).
Isu ini juga menarik karena salah satu black campaign yang ditujukan kepada kami adalah soal pendaftaran para alumni tersebut. Mungkin karena sudah tidak ada lagi yang bisa diserang dari kami atau digunakan untuk membendung dukungan kepada kami sampai-sampai proses membantu pendaftaran para alumni, yang diakui oleh sesama calon ketua umum ILUNI UI sebagai proses yang sangat sulit dan menyusahkan banyak alumni, kemudian dipolitisasi seakan-akan ini merupakan bagian dari kampanye politik untuk mendapat jabatan publik termasuk menyalahgunakan wewenang dan lain sebagainya.
Yang menyebarkan berita demikian seharusnya malu, bukan saja hal ini merupakan fitnah yang luar biasa sekaligus berpotensi melanggar UU ITE, tapi lebih lucu lagi, sebagai lagi-lagi orang terdidik, mereka bahkan tidak bisa membedakan aktivitas sosial dengan politik ketatanegaraan dan seakan lupa bahwa sejak pertama kali berdiri, ILUNI UI adalah organisasi tanpa kuasa dan kewenangan politik. Mungkin karena saking semangatnya orang-orang ini mencari-cari kesalahan, mereka mengira ILUNI UI akan diintervensi secara politik, tapi sebelum kita ke arah sana, dengan situasi saat ini, sepenting apa organisasi kita sampai ada orang yang mau melakukan intervensi politik? Saya akan menyarankan kepada semua politisi yang ingin intervensi ke dalam ILUNI UI untuk tidak membuang-buang uang dan sumber dayanya, wong organisasi kita ini antara ada dan tiada. Apa yang mau diintervensi dan diarahkan kalau eksis saja belum di mata masyarakat? Masih terlalu jauh.
Mungkin juga ada yang khawatir kalau misalnya nanti ada orang-orang yang dipaksa untuk memilih kami. Sudah dipastikan tidak, bukan saja kami yang paling gencar di berbagai forum dan media menegaskan bahwa pemilihan ketua ILUNI UI harus bebas dari bagi-bagi jabatan, politik uang, serta ancaman dan paksaan, kami juga kandidat pertama yang membuat surat terbuka kepada panitia Pemilihan Ketua Umum ILUNI UI untuk memastikan terjaganya kerahasiaan pilihan kandidat dari para alumni yang akan memilih nanti di 23-24 Agustus 2025 termasuk bahwa data tersebut tidak bisa diungkap kepada siapa pun (surat tersebut bisa di lihat di akun kami). Kami sangat percaya bahwa pilihan yang dibuat bukan dari suara hati hanya akan mencederai proses demokrasi sekaligus marwah institusi, dan kami sangat anti dengan segala bentuk pemaksaan berbasis jabatan. Only losers resort to such tactic. Perlu dicatat bahwa sampai dengan saat ini, panitia masih belum mau mengubah aturan di atas, yang artinya pilihan kandidat para pemilih bisa di-screenshot dan ini tentu rentan membuka pintu ke arah pemaksaan, intimidasi dan money politics yang seharusnya kita tutup seketat-ketatnya!
Nah, kembali ke isu pendataan, kami sudah menetapkan bahwa KPI prioritas kami adalah memastikan database alumni sudah rapi berbasis nama, jurusan, angkatan, dan lebih penting lagi, institusi dan rumpun dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun sejak kami menjabat. Data institusi (baik di pemerintahan, BUMN, swasta, NGO, dan lain-lainnya) menjadi krusial karena kita perlu melokasikan di mana saja para alumni kita berada dan kemudian dikelompokkan dalam berbagai rumpun misalnya rumpun berbasis energi, teknologi, finansial, konstruksi, edukasi, dan lain sebagainya. Database inilah harta karun yang sesungguhnya bagi ILUNI UI dan para alumninya sehingga ILUNI UI bisa betul-betul berdampak bagi kita semua!
Awareness dan database ini yang akan menjadi pondasi utama bagi terpenuhinya mimpi besar ILUNI UI sebagai organisasi alumni yang terasa sekaligus berdampak positif. Kami percaya bahwa sebagai institusi, ILUNI UI senantiasa wajib bersikap netral dan independen, tetapi ILUNI UI sendiri harus aktif memfasilitasi dan mempertemukan semua alumni kita yang ada di berbagai tempat dan institusi. Kader terbaik kita harus ada di seluruh posisi strategis supaya mereka bisa terus mewarnai dan berkontribusi bagi perkembangan dan kemajuan Indonesia. Bukan sebagai bagian dari gerakan politik praktis demi kekuasaan tapi gerakan sosial berbasis nilai-nilai akademik, kejujuran, dan integritas tanpa benturan kepentingan. Lebih penting lagi, para kader-kader terbaik ini juga harus mampu mendorong dan memajukan alumni-alumni UI lainnya yang masih perlu dibantu untuk maju dan bertransformasi menjadi manusia-manusia eksepsional. Kami percaya UI penuh dengan alumni-alumni hebat. Mereka butuh ruang dan forum untuk bertemu, berkonsolidasi, dan saling bekerja sama dalam ikatan persaudaraan yang erat dan ceria. Yang kuat membantu yang lebih lemah supaya mereka sama-sama menjadi kuat, dan proses ini kita ulang terus secara konsisten untuk memenuhi prinsip A people bring other A people to the team!
Momentum Hari Kemerdekaan kita yang ke-80 tahun ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa bangsa dan negara kita selalu layak untuk mendapatkan dukungan terbaik dari anak-anak bangsa. Untuk itu, pikiran kita juga harus merdeka dari energi negatif yang saling menjatuhkan, kita pupuk lagi semangat persatuan dan kesatuan, kita pupuk lagi semangat juang membara tak kunjung padam untuk Indonesia yang lebih baik, dan dalam skala yang lebih kecil, untuk ILUNI UI yang lebih membahana dan berdampak, rumah kita bersama para alumni UI. Selamat merayakan Hari Kemerdekaan, MERDEKA!!!!
Letter to My Mom (Part 1)
"Will we meet again?"
A voice that cannot be heard.
Where Our Blue Is - Tatsuya Kitani
Dear Mom,
The only piece of writing that took me longer to finish than this letter is my dissertation and I am not surprised. Writing this imaginary letter was tough. I was supposed to finish it as part of a tribute to you when we celebrated the memories of your life on the 40-day milestone since you passed away. But I could not do it. As much as I want to write an entirely cheerful story, a part of me still refuses to believe that you have gone forever. And in a way, that refusal is one of the main reasons why the tone of this letter ends up as it is today, almost two years since you passed away. In fact, I probably will never finish this letter if Dad did not make this post about you in his Instagram account. He truly understands me.
Indeed, a sudden and shocking death is often suffocating for the ones left behind compared to those stories where their loved ones succumbed to long-term illnesses. It was the inability to properly say goodbye to you that caught me in such a perfect storm and unless I can properly convey that indescribable feeling, or at least pretend that I am able to do so, I will never move on.
You know that I was never good in expressing my emotion through any means of communication other than writing. I just find the whole act to be beneath me and it is not your fault, you were always frustrated with my cold gesture. I was born with that kind of prejudice, being the most pompous kid that you've ever seen. Who else in their kindergarten days shushing their fellow mates for crying while complaining to the teacher on why we have these suckers around? Kids should have more dignity. But do you know why I never cry in front of anyone as a kid, or as a matter of fact, until today? Because I noticed that you were so proud of seeing me acting not like a little child despite being the youngest in the class. I suppose I took that gesture to an extreme level, a recurring problem whenever I start to gain obsession on a subject or an act. I just can't stop.
And even when I decide to express my inner feeling through my writings, it must also be in English because I find that writing about such deeply personal matters sounds so cringe in my native tongue. Plus I know that most Indonesian people will skip anything written in foreign language, it's a win-win situation for both me and my selected readers. I can work on my own therapy and I can get away for being my true self as I will usually have to put a lot of restraint if I write it in Indonesian language. So, imagine the dread that I faced when I was asked to write an introduction in Indonesian language for the opening of your special book of prayers and to give a speech about you in our event celebrating your memory months ago. The agony! But oh well, I digress.
I really want to say that I hate you for leaving us so soon and without a word, but I guess the one that I hate is myself. 41 years of living in this mortal plane and not once have I ever grieved for anyone. I mean, yes I felt a little bit sad for a couple of days when your mother and father (Oma and Opa) passed away back in 1994 and 2018, respectively. Gary Becker's death in 2014 would make a good example of a non-family member's death that somehow affected me. There is also a huge sense of sadness for the death of some of my beloved game and manga characters (which I cannot share here due to potential spoilers). They lingered for a while and then vanished for good while the beautiful memories remain.
But grieving? Come on, I am supposed to be the supreme leader with the blackest soul in this planet. Most people would believe that no amount of pain and suffering of other beings have ever moved my heart which is supposed to be colder than Boomerang Nebula's temperature and darker than Vantablack's shade of darkness. Well, they are not necessarily wrong. After all, I am the master of Schadenfreude, especially when it happens to my enemies and haters; seeing their frustration makes me smile from ear to ear, it is the fuel that keeps the everlasting fire in my soul burning so brightly. Yet, I grieve when you are no longer around. For the first time in my life, my hellfire furnace started to dim, and I am struggling to understand why such thing could happen.
Perhaps, this is all because I hate failure so much. I was basically brainwashed to be uber-competitive to a level where failure is never an option, where every problem can be settled, and where I basically can get things done all the time. So, when I don't manage to settle with my own feelings, to get rid the unbearable pain, I become immensely frustrated, angry, agitated. I mean, do you even know the extent of my herculean effort to keep me away from negative thoughts? The amount of work and extra curricular activities that I took these past two years would break another record. And for what?
Life is full with infinite possibilities, but death is final. I've experienced multiple personal life-changing challenges and no matter what the severity, I have always survived because I believe that as long as I am breathing, I can fix them, I can manage to deal with them, I can solve them! Yet, for you, no matter what I do, I can't rewritten your death. I can' t rewind time, to scold you for being so stubborn and to bring you to the hospital sooner before it was too late. I just can't. For the first time in my life, I face an unsolvable problem.
Yeah, I know your philosophy and I keep repeating it in front of everybody: If you can do something about it, why bother? And if you can't do anything about it, why bother too? People laugh when they hear this. This is a wise advice. I believe it 100% and I 100% fail in implementing it when it is related to you. Because I am bothered, I am damn bothered all the time by the fact that there is nothing I could do to change it.
That's why I pick Gojo Satoru's theme song, Where Our Blue Is, as the opening of this letter. I ran that song thousands of hours within the past two years, it is the song that perfectly encapsulates my never ending grief. It's a mix of hate, disappointment, longing for days gone by, and most importantly, hope. Hate, because I hate that you win this game of who will leave earlier and therefore is not burdened by the pain of being left alone. Disappointment of my own failure to prevent this tragedy from happening. Longing of rekindling our beautiful memories during the good old days. And hope, a hope that you are still here to see my progress. I'm doing fabulously, but I can do far, far, far better. After all, my life just began at 40. It is simply too soon for you to miss all of the adventures and grand stories that I wish I could tell you directly.
Remember your 4 pages letter to me? Sent in 2014, and personally delivered by Ira to me back in Chicago when I was doing my study for my PhD at the law school. That letter was the one that inspires me to write this imaginary letter. I was curious why you wrote me such a personal letter instead of just calling or skyping me to talk and say that you miss me (yes, there was an app called skype long time ago!). But now, as the self-appointed family treasurer and keeper of all family heirloom, I understand why you need to send me that letter. It serves as an important memento from yourself dedicated solely to me, a treasure that cannot be stolen, a piece of history that will be extremely worthy to myself and no one else.
You see, back during the pandemic, Yura Yunita released a song titled "Tenang" with a touching short video by Ringgo Agus Rahman and Nirina Zubir, telling the story of a middle-aged man who is trying to fix his old video record of his late father because he suddenly forgets his father's voice. That video inspired me to make a record of you and Dad because I too fear that one day, I will forget your voice and I will regret it forever. But the plan never materialized, I had some short records of you but there was no clear message directed to me. Only after your death that I learned from Dad that actually, there was a video that you made along with him and Aa Sodik which can be found here. I am so happy that you left me with some messages there. At least, I know that I can always remember your voice. And of course, I don't repeat mistakes, we now have a podcast video dedicated to you with me, Pras and Dad, securing a bit of our small family memory in this mortal plane.
One particular message in that video that resonates with me is your bold statement that you do not want your kids to take care of you because we owe you something but because we actually care, because of love. And I can't agree more. I don't remember you ever told me that when you are alive but I often say in so many forums that I only do what I love, my job, my hobby, my study, my craft. I dedicate my time and energy for those things because I love them. As declared by Scrooge McDuck, money is just an excess of a successful venture, but the one that is most valuable is the journey, the adventure, the memory.
I suppose your death triggered me to do something big, to go through a journey of self discovery (as advised by Pras). And believe me, I am actually cringing myself as I write "self discovery". You know how certain I am with my own life that I never really stop and ask: who am I and what am I going to do? I was so certain with my identity as a corporate lawyer and I aim to be the best ever lawyer in this galaxy (or hopefully this universe and 17 other dimensions). I love the fact that I actually enjoy my work and that I am blessed with the opportunity to experience a lot of fun activities, the best that the world can offer, all before I was 40. As such, I bet that you will put your hand on my forehead and ask: "are you sick?" or "who are you and where do you hide my son" if I ever say that I need to go through a journey of self discovery. It is simply too absurd, and yet, here we are. Kinda exciting while at the same time annoying because you gave me an extra homework to ponder with. Typical you.
And in that spirit of discovery, I suddenly throw myself into a whole new activity that forces me to explore the world outside my comfort zone beyond of any extra activities that I have done so far. In a normal scenario, I definitely will talk with you first before I make any decision. But, well, you're not here, and a part of me is so angry and sad at the same time with such condition. When I finished my PhD while building my office at the same time back in 2018, you were there reminding me everyday in the most annoying way that I must be successful at both regardless of the time and cost spent to do so. No one else can remind me like that anymore. No one will scold me like you if I ever show any degree of weakness or any slight gesture of giving up. No, no, no, I can even imagine your look of disappointment if I tell you that I am not so sure with my chances. The hardest challenge of doing this activity is not about its difficulty. I can always learn quickly, I know my competitive advantage, and I have the conviction that I can always beat the competition. The hardest challenge here is the fact that I have to do it all without you around, and it sucks.
There are so many reasons and aspirations that I can write in this page, but I realize, I don't need to convey them. There are things that I will only keep between ourselves. Heck, once I had a dream about you around 1.5 years ago that you suddenly came back to life. Dad was so happy in that dream. But I was super skeptical and kept asking various questions to test whether it was you or something else until finally I found out that it was just a demonic impostor because it cannot answer some very personal questions 😂😂😂. Even in my dream, my brain cannot accept that it is just a happy imagination and that I should just enjoy it instead of becoming a party pooper by asking unnecessary questions, haha. Typical me.
In any case, whatever the challenges that I will face later on, I feel that they are worth the time because at least they, along with Dad's post, help me to complete this letter! I finally can take a little step forward and hopefully find a better version of myself. If I didn't choose to go through with it, this draft letter would never see the ray of sun and I am thankful for that. Hopefully, there will be many more letters to come! Though I must say, I was hoping that the additional burden will allow me to at least forget you in the process, but I end up seeing you everywhere, especially through the many people that I meet, so I guess I can't escape from you after all 😤😤😤. Wish me luck, Mom, and see you around the stars.
Missing you forever,
Nanda